MODUL
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN TUMBUHAN
A. Pengertian
Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan pada suatu makhluk hidup atau organisme dapat diartikan sebagai
proses pertambahan bio massa atau ukuran (berat, volume, atau jumlah) yang
sifatnya tetap dan irreversible (tidak dapat balik ke kondisi
semula). Jadi, pertumbuhan merupakan suatu konsep kuantitatif yang
berkaitan dengan pertambahan massa suatu organisme.
Gambar 1. Pertumbuhan
dan perkembangan tanaman Jagung (Zea mays)
Tanaman jagung atau kacang hijau di dalam pot pada contoh di atas
mengalami pertumbuhan karena berat, ukuran, dan jumlah selnya bertambah serta
tidak dapat menjadi kecil lagi. Jika Anda merendam biji jagung kering di dalam
air, dalam beberapa saat, biji jagung tadi juga akan mengalami pertambahan
ukuran, terutama volumenya. Namun, pertambahan volume tersebut bukanlah
pertumbuhan karena jika dikeringkan, volume biji jagung tadi akan kembali
seperti semula. Sebaliknya, pertambahan jumlah selsel zigot vertebrata yang
mengalami pembelahan, merupakan suatu pertumbuhan walaupun tanpa disertai
pertambahan volume ataupun massa sitoplasma.
Perkembangan dapat diartikan sebagai
proses perubahan yang menyertai pertumbuhan.
Perubahan itu meliputi perubahan bentuk dan tingkat kematangan makhluk
hidup. Secara sederhana, perkembangan merupakan proses perubahan menjadi
dewasa. Dalam proses tersebut, terjadi diferensiasi
sel (perubahan struktur dan fungsi
sel), histogenesis (pembentukan organ), dan gametogenesis
(pembentukan selsel kelamin).
Berbeda dengan
pertumbuhan, perkembangan merupakan suatu konsep kualitatif.
Tanaman jagung pada contoh di depan, pada
awalnya berupa biji. Biji itu kemudian
tumbuh menjadi tanaman
kecil yang memiliki akar, batang, dan daun. Setelah makin besar dan dewasa,
akan muncul bunga
pada tanaman jagung itu. Jika
terjadi penyerbukan, bunga itu akan berubah menjadi buah yang akan menghasilkan
biji biji jagung baru. Munculnya akar, batang, daun, bunga, dan buah pada
tanaman jagung itu menunjukkan bahwa tanaman tersebut mengalami perkembangan.
Pertumbuhan suatu organisme multiseluler meliputi pembelahan sel,
pembentangan sel, dan beberapa pergerakan selsel pada organisme. Pada organisme
multiseluler, kelompokkelompok sel menjadi terspesialisasi dan membentuk fungsi
tertentu. Spesialisasi itu meliputi proses biokimiawi dan perubahan struktur.
Spesialisasi selsel berhubungan dengan fungsi sel, seperti untuk pengangkutan,
penyokong, pergerakan, pencernaan atau pembentukan makanan, serta pertahanan
organisme.
Proses pertumbuhan dan perkembangan dipengaruhi oleh faktor
internal (dari dalam organisme itu sendiri) dan faktor eksternal (dari
lingkungan). Pengaruh faktor internal dan faktor eksternal saling berinteraksi
sehingga sulit untuk menentukan mana yang paling berpengaruh. Sebagai contoh,
sulit untuk menentukan apakah ciri utama pertumbuhan, seperti tinggi tubuh,
sebagian besar dipengaruhi oleh faktor internal (gen) ataukah oleh faktor
eksternal (suplai makanan).
B. Pertumbuhan
dan Perkembangan pada Tumbuhan Berbiji
1.
Struktur Biji
Tumbuhan berbiji tumbuh dan berkembang dari biji. Umumnya, biji
terdapat di dalam buah. Biji berkembang dari bakal biji yang dibuahi dan
mengandung embrio (bakal) tumbuhan serta cadangan makanan (Gambar 2).
Suatu embrio tumbuhan terdiri atas batang lembaga (kaulikalis), bakal
akar (radikula), dan satu atau dua keping biji (kotiledon).
Bagian sumbu embrio yang berada di atas tempat munculnya kotiledon disebut epikotil,
sedangkan bagian sumbu embrio yang berada di bawah tempat munculnya kotiledon
disebut hipokotil. Cadangan makanan ada yang terdapat pada endosperm,
yaitu jaringan yang mengelilingi embrio, atau terdapat di dalam kotiledon. Biji
dengan cadangan makanan pada endosperm disebut biji berendosperm atau biji
beralbumin, contohnya biji jagung. Sementara itu, biji dengan cadangan
makanan pada kotiledon disebut biji tak berendosperm atau biji
eksalbumin, contohnya biji bunga matahari. Biji dilindungi oleh testa,
yaitu suatu selubung biji kuat yang berasal dari dinding bakal biji. Testa
berfungsi sebagai kulit biji.
Gambar 2. Struktur Biji
Berendosperm dan Tak Berendosperm
Biji adalah alat reproduksi, penyebaran, dan kelangsungan hidup
suatu tumbuhan. Selain itu,bagi tumbuhan berbiji, biji merupakan awal dari kehidupan
tumbuhan baru di luar induknya. Jika biji tanaman dikotil seperti
kacang-kacangan, kamu belah menjadi dua, kamu akan mendapatkan struktur biji
yang terdiri atas plumula, hipokotil, radikula, kotiledon dan embrio. Sedangkan,
struktur biji tanaman monokotil, misalnya jagung terdiri atas koleoptil,
plumula, radikula, koleoriza, skutelum dan endosperma.
Bagian-bagian biji tersebut mempunyai fungsi masing-masing untuk
pertumbuhan tanaman. Pada biji tanaman dikotil maupun monokotil, plumula
merupakan poros embrio yang tumbuh ke atas yang selanjutnya akan tumbuh menjadi
daun pertama, sedangkan radikula adalah
poros embrio yang tumbuh ke bawah dan akan menjadi akar primer. Pada tanaman monokotil,
misalnya jagung, kotiledon mengalami modifikasi menjadi skutelum dan koleoptil.
Skutelum berfungsi sebagai alat penyerap makanan yang terdapat di dalam
endosperma, sedangkan koleoptil berfungsi melindungi plumula. Selain itu, pada
jagung juga terdapat koleoriza yang berfungsi melindungi radikula.
Gambar 3. Struktur biji Monokotil (a) dan Dikotil (b)
2.
Perkecambahan
Perkecambahan adalah peristiwa tumbuhnya embrio di dalam biji
menjadi tanaman baru. Biji akan berkecambah jika berada dalam lingkungan yang
sesuai. Proses perkecambahan ini
memerlukan suhu yang cocok, banyaknya air yang memadai, persediaan oksigen yang
cukup, kelembapan, dan cahaya. Struktur biji yang berbeda antara tumbuhan
monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur kecambah yang berbeda pula.
Pada tumbuhan monokotil, struktur kecambah meliputi radikula, akar
primer, plumula, koleoptil, dan daun pertama. Sedangkan, pada kecambah tumbuhan
dikotil terdiri atas akar primer, hipokotil, kotiledon, epikotil, dan daun
pertama. Berdasarkan letak kotiledonnya, perkecambahan dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu epigeal dan hipogeal.
a.
Pada perkecambahan epigeal, kotiledon terdapat di permukaan
tanah karena terdorong oleh pertumbuhan hipokotil yang memanjang ke atas.
b.
Pada
perkecambahan hipogeal, kotiledon tetap
berada di bawah tanah, sedangkan plumula keluar dari permukaan tanah disebabkan
pertumbuhan epikotil yang memanjang ke arah atas.
Gambar 4. Perkecambahan Epigeal dan Hipogeal
(Sumber: Clegg dan Mackean,
2000: 405)
Proses perkecambahan biasanya diawali dengan masuknya air ke dalam
biji. Air masuk ke dalam biji melalui mikropil dan testa. Masuknya air ke dalam
biji dipengaruhi oleh peristiwa imbibisi. Hal itu menyebabkan perubahan kondisi
di dalam sel dan memungkinkan diaktifkannya enzimenzim yang mengatalisis reaksi-reaksi
biokimiawi perkecambahan. Reaksireaksi biokimiawi tersebut, diantaranya, adalah
reaksi pembongkaran cadangan makanan yang ada pada kotiledon. Hasil reaksi
tersebut digunakan sebagai sumber energi, sebagai bahan penyusun
komponenkomponen sel, dan untuk pertumbuhan embrio. Embrio pada biji tidak
memiliki klorofil sehingga kebutuhan nutrisinya terutama diperoleh dari
cadangan makanan pada endosperm. Selain dari endosperm, nutrisi untuk perkembangan embrio dapat pula
diperoleh dari kotiledon atau bagian lain pada bakal biji, bergantung pada
karakteristik biji tersebut.
Cadangan makanan pada biji terdiri atas karbohidrat, lemak, dan
protein (Tabel 1). Tepung atau amilum merupakan cadangan makanan utama
pada sebagian besar biji. Namun, pada biji bunga matahari dan beberapa jenis
biji lain nya, minyak merupakan penyusun setengah dari cadangan makanannya.
Pada biji kapri dan kedelai, protein merupakan cadangan makanan yang penting
Agar dapat bekerja secara optimal, enzim-enzim yang terlibat dalam proses
perkecambahan memerlukan suhu yang sesuai. Suhu optimal perkecambahan bervariasi
untuk tiap jenis biji, contohnya biji gandum berkecambah pada kisaran suhu
1–35°C, sedangkan biji jagung berkecambah pada kisaran suhu 5–45°C.
Sebagai makhluk hidup, tumbuhan melakukan respirasi guna menghasilkan
energi untuk metabolisme dan pertumbuhannya. Ketika berkecambah, biji melakukan
respirasi dengan sangat cepat dan membutuhkan oksigen untuk proses respirasi
aerob.
Pada beberapa jenis tumbuhan, cahaya diperlukan untuk perkecambahan
bijinya. Namun, pada beberapa jenis tumbuhan lainnya, cahaya justru menghambat
perkecambahan biji. Untuk pertumbuhan batang tumbuhan, diperlukan hormon
auksin, tetapi aktivitas hormon ini dihambat oleh adanya cahaya. Meskipun menghambat
pertumbuhan batang, cahaya diperlukan untuk pembentukan klorofl dan
untuk meningkatkan pembentangan daun.
Kecambah yang ditumbuhkan pada tempat yang cukup terang akan tumbuh
agak lambat, tetapi berdaun hijau. Sebaliknya, kecambah yang ditumbuhkan pada
tempat yang gelap akan tumbuh lebih cepat, batangnya menjadi sangat panjang,
tetapi daunnya berwarna kuning karena tidak terbentuk klorofl. Keadaan seperti
ini dinamakan etiolasi (Gambar 5).
Gambar 5. Tanaman yang
Mengalami Etiolasi (kiri) dan yang Normal (Kanan)
- Fisiologi Perkecambahan
Untuk memulai kehidupannya, biji harus berkecambah menjadi tanaman
baru. Perkecambahan biji dimulai dengan imbibisi dan diakhiri ketika radikula
memanjang atau muncul melewati kulit. Perkecambahan biji dapat dibagi menjadi 4
tahap, yaitu:
a. Hidrasi atau imbibisi; selama kedua periode tersebut, air masuk ke
dalam embrio dan membasahi protein dan koloid lain.
b. Pembentukan atau pengaktifan enzim yang menyebabkanpeningkatan
aktivitas metabolik.
c. Pemanjangan sel radikula, diikuti munculnya radikula dari kulit
biji.
d. Pertumbuhan kecambah selanjutnya adalah pertumbuhan primer.
- Pertumbuhan Primer
Pertumbuhan primer menyebabkan tumbuhan bertambah tinggi atau
panjang dan hal itu terjadi pada semua tumbuhan. Kecambah mengalami pertumbuhan
primer untuk membentuk tumbuhan herbaseus (tidak berkayu). Pertumbuhan primer
diawali oleh pembelahan sel-sel meristem apikal, yaitu sel-sel meristem yang
terdapat pada pucuk batang dan ujung akar. Bagian terluar ujung akar dilindungi
oleh tudung akar atau kaliptra. Tepat di sebelah dalam tudung akar terdapat
daerah meristem apikal. Daerah meristem apikal terdiri atas tiga area, yaitu
daerah pembelahan sel, daerah pembentangan sel, dan daerah pematangan sel (Gambar
6).
Gambar 6. Pertumbuhan
Primer pada Akar dan Batang Tumbuhan Dikotil
Perkembangan meristem apikal pada tumbuhan Angiospermae dapat
diterangkan dengan teori histogen dan teori tunika-korpus. Teori
histogen dikemukakan oleh Hanstein pada tahun 1868. Menurut teori ini,
setiap titik tumbuh batang dan akar terdiri atas lapisan sel yang disebut histogen.
Histogen itu sendiri terdiri atas plerom, dermatogen, dan periblem.
Plerom merupakan bagian pusat yang kemudian akan membentuk empulur dan jaringan
pengangkut primer. Dermatogen merupakan lapisan paling luar yang akan membentuk
epidermis. Adapun periblem merupakan lapisan yang terletak di antara plerom dan
dermatogen. Lapisan ini akan membentuk korteks (jaringan kulit kayu).
Sementara itu, teori tunikakorpus dikemukakan oleh Schmidt pada
tahun 1924. Teori ini menyatakan bahwa titik tumbuh batang tumbuhan terdiri
atas dua zona yang terpisah susunannya, yaitu tunika dan korpus. Tunika
merupakan bagian paling luar dari titik tumbuh. Bagian tersebut terdiri atas
beberapa lapisan sel yang berkumpul membentuk seludang dan kemudian berkembang
membentuk jaringan primer. Selsel terus membelah, terutama pada bidang
pembelahan antiklinal (tegak lurus dengan permukaan organ) sehingga lapisannya
makin meluas. Sementara itu, korpus merupakan bagian pusat titik tumbuh.
Selsel pada bagian ini bersifat meristematis dan membelah ke segala arah.
a. Daerah Pembelahan Sel atau Daerah Divisi
Dengan pengamatan mikroskopis, daerah pembelahan sel terlihat
tersusun oleh selsel meristem yang berbentuk kotak dan berukuran sangat kecil.
b. Daerah Pembentangan Sel atau Daerah Elongasi
Daerah pembentangan sel terdapat tepat di belakang daerah
pembelahan sel. Pada daerah ini, selsel mengalami pemanjangan dan perbesaran.
Pembentangan sel di daerah ini akan mendorong akar untuk menembus tanah. Di
daerah ini juga akan terjadi diferensiasi. Jaringan muda secara terusmenerus
akan berkembang dan berdiferensiasi membentuk jaringan dewasa.
c. Daerah Pematangan Sel atau Daerah Maturasi
Daerah pematangan terdapat di belakang daerah pembentangan. Di
daerah ini selsel telah mengalami diferensiasi dan telah sempurna perkembangannya.
Sebagai contoh, pada daerah pematangan sel terdapat rambut akar yang merupakan
tonjolan selsel epidermis yang berfungsi untuk meningkatkan absorpsi air dan
mineral dari dalam tanah.Meristem apikal terdapat pada pucuk batang. Meristem
apikal batang berbentuk seperti kubah yang tersusun oleh selsel yang aktif
membelah. Pada meristem apikal batang terdapat daun dan tunas primordia. Pada
pucuk batang bagian tengah terdapat daerah yang berisi selsel meristem.
Berdekatan dengan daerah ini terdapat jaringan yang secara terusmenerus
berkembang menjadi jaringan yang matang (dewasa). Tiga daerah (daerah pembelahan,
pembentangan, dan pembentangan sel) juga terdapat pada pucuk batang, tetapi
tidak sejelas pada ujung akar.
- Pertumbuhan Sekunder
Pertumbuhan sekunder terjadi pada tumbuhan perenial (tahunan)
berkayu, misalnya pohon dan semak. Pertumbuhan sekunder merupakan hasil pembelahan
selsel meristem lateral. Ada dua macam meristem lateral yang terlibat, yaitu
kambium vaskuler dan kambium gabus. Keduanya merupakan jaringan yang bersifat
meristematis sehingga selselnya memiliki kemampuan untuk tetap aktif
membelah.Selsel kambium vaskuler terletak di antara xilem dan foem. Selsel
kambium vaskuler melakukan pembelahan ke arah dalam membentuk jaringan xilem sekunder
dan ke arah luar membentuk jaringan foem sekunder. Pembelahan selsel kambium
vaskuler menghasilkan pertambahan diameter batang (Gambar 7).
Gambar 7. Tahap-Tahap
pada Tahun Pertama Pertumbuhan Sekunder Tanaman Dikotil
Pembelahan kambium ini terjadi sepanjang tahun, tetapi kecepatan
pembelahan pada musim hujan dan musim kemarau tidak sama. Pada musim hujan,
kecepatan pembelahannya lebih tinggi sehingga menghasilkan pertambahan diameter
batang yang lebih besar. Jika mengamati penampang melintang batang pohon yang
ditebang, Anda akan mendapatkan bentuk lingkaranlingkaran pada batang pohon
yang disebut lingkaran tahun (Gambar 8).
Gambar 8. Lingkaran Tahun
Kita dapat menentukan umur suatu pohon dengan melihat jumlah
lingkaran tahunnya. Meristem lateral yang kedua, yaitu kambium gabus atau felogen, terbentuk dari pembelahan tangensial
selsel parenkim atau kolenkim di bawah epidermis. Pembentukan kambium gabus
penting dalam penebalan sekunder batang. Kambium gabus menggantikan epidermis
membentuk kulit kayu yang kedap dan berfungsi sebagai pelindung pada permukaan
batang berkayu. Kulit kayu mengandung lentisel, yaitu tempat oksigen dan karbon
dioksida berdifusi masuk dan keluar dari selsel batang.
- Pembungaan
Pembungaan adalah proses pembentukan bunga (Gambar 9). Pembungaan
merupakan proses yang sangat kompleks yang meliputi banyak tahapan perkembangan
dan semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir, yaitu
biji.
Gambar 9. Bunga Tomat
Tahap pertama proses pembungaan adalah induksi
bunga (evokasi). Tahap ini
merupakan tahap ketika jaringan meristem vegetatif ”diprogram” untuk mulai
berubah menjadi jaringan meristem reproduktif. Tahap induksi terjadi di dalam
sel dan dapat dideteksi secara kimiawi dari peningkatan sintesis asam nukleat dan
protein, yang dibutuhkan dalam pembelahan serta diferensiasi sel.
Inisiasi
bunga adalah tahap kedua dalam
proses pembungaan. Dalam tahap ini terjadi perubahan morfologis dari tunas
vegetatif menjadi bentuk kuncup
reproduktif. Perubahan tersebut dapat dideteksi dari perubahan bentuk
ataupun ukuran kuncup, serta prosesproses selanjutnya yang mulai membentuk organorgan reproduktif.
Tahap inisiasi bunga dilanjutkan dengan tahap perkembangan kuncup bunga menuju bunga mekar (anthesis). Tahap ini ditandai dengan terjadinya diferensiasi
bagianbagian bunga. Pada tahap ini terjadi proses megasporogenesis dan
mikrosporogenesis untuk penyempurnaan serta pematangan organorgan reproduksi
jantan dan betina. Tahap berikutnya adalah tahap bunga mekar (anthesis). Sesuai
dengan namanya, pada tahap ini terjadi pemekaran bunga. Biasanya, anthesis
terjadi bersamaan dengan masaknya organ reproduksi jantan dan betina, meskipun
dalam kenyataannya tidak selalu demikian. Ada kalanya organ reproduksi, baik
jantan ataupun betina, masak sebelum terjadi anthesis, atau bahkan jauh setelah
terjadinya anthesis. Tahap setelah bunga mekar adalah tahap penyerbukan dan pembuahan.
Tahap ini memberikan hasil terbentuknya buah muda. Tahap terakhir proses
pembungaan adalah perkembangan buah muda
menuju kemasakan buah dan biji. Tahap ini diawali dengan perbesaran bakal buah
(ovarium) yang diikuti oleh perkembangan endosperm (cadangan makanan) dan
selanjutnya terjadi perkembangan embrio. Perbesaran buah merupakan efek dari
pembelahan dan perbesaran sel yang meliputi tiga tahap, yaitu peningkatan
penebalan perikarp karena adanya pembelahan sel, pembentukan dan perbesaran
vesikel berair (biasanya terjadi pada buahbuah berdaging), serta tahap
pematangan. Selama tahaptahap perbesaran buah terjadi pula akumulasi air dan
gula sehingga pada tahap pematangan, buah telah mengandung 80–90% air serta
2–20% gula.
C.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Tumbuhan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh
faktor dalam dan faktor luar tumbuhan. Faktor dalam adalah semua faktor yang
terdapat dalam tubuh
tumbuhan antara lain faktor genetik yang terdapat di dalam gen dan
hormon. Gen berfungsi mengatur sintesis enzim untuk mengendalikan proses kimia
dalam sel. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan, hormon
merupakan senyawa organik tumbuhan yang mampu menimbulkan respon fisiologi pada
tumbuhan.
Faktor luar tumbuhan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan, yaitu faktor lingkungan berupa cahaya, suhu, oksigen dan
kelembapan.Untuk lebih memahami, mari cermati uraian berikut ini.
- Faktor Internal
Faktor internal yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
adalah faktor genetik. Faktor genetik inilah yang mengendalikan hormon untuk
proses pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Hormon merupakan suatu senyawa
kimia yang dihasilkan oleh tubuh yang dalam jumlah sedikit dapat menyebabkan
reaksi fsiologis yang besar. Hormon yang dihasilkan oleh tumbuhan disebut
ftohormon. Beberapa hormon tumbuhan yang sudah dikenal, antara lain auksin,
giberelin, sitokinin, etilen, asam absisat.
a.
Auksin
Hormon ini ditemukan oleh Fritz Went, seorang ahli fsiologi
Belanda pada tahun 1928. Hormon auksin dihasilkan oleh tanaman pada daerah
meristem, seperti pucuk batang dan ujung akar. Auksin dapat pula dijumpai pada
tunas, daun muda, bunga, ataupun buah. Hormon auksin yang paling dikenal adalah
IAA (indole acetic acid) yang strukturnya mirip dengan struktur asam amino
triptofan. IAA disintesis di meristem apikal, daundaun muda, dan biji. Sifat
hormon auksin adalah aktivitasnya dihambat oleh adanya cahaya.
Fungsi hormon auksin bagi tanaman, antara lain:
ü berperan dalam pembelahan dan pemanjangan sel;
ü merangsang pembelahan selsel kambium lateral, untuk pertumbuhan
sekunder;
ü dapat meningkatkan perkembangan bunga dan buah;
ü merangsang pembentukan akar lateral;
ü untuk menghasilkan buah tanpa biji;
ü menghambat pembentukan tunas lateral;
ü menghambat pematangan buah dan penuaan daun;
ü mencegah rontoknya bunga, buah, serta daun.
Hormon auksin merangsang
dominansi apikal, yaitu pertumbuhan kuncup apikal yang sangat cepat sehingga
menghambat pertumbuhan kuncup lateral yang ada di bawahnya (Gambar 10). Tingkat
dominansi kuncup apikal bervariasi pada berbagai jenis tumbuhan.
Gambar 10. Auksin dan Dominansi Apikal
Kuncup apikal yang sedang tumbuh menghasilkan hormon auksin.
Sementara itu, kerja auksin dihambat oleh adanya cahaya. Apabila sebagian
kuncup apikal diarahkan pada cahaya matahari, akan terjadi pengangkutan auksin
dari bagian yang terkena cahaya ke bagian yang terlindung dari cahaya. Pada
keadaan demikian, auksin akan merangsang pertumbuhan selsel pada bagian yang
terlindung tersebut. Pada saat yang bersamaan, pertumbuhan selsel pada bagian
yang terkena cahaya matahari akan terhambat karena konsentrasi auksin yang
rendah. Akibatnya, batang akan tumbuh melengkung ke arah datangnya cahaya
matahari (Gambar 11).
Gambar 11. Batang
Membelok ke Arah Cahaya
b.
Giberilin
Giberelin pertama kali ditemukan pada tahun 1926 oleh seorang ahli
penyakit tanaman dari Jepang bernama E. Kurosawa. Hormon ini diisolasi dari
jamur Gibberella fujikuroi yang
merupakan parasit pada tanaman padi. Bentuk-bentuk giberelin diantaranya adalah
GA3,GA1, GA4, GA5, GA19, GA20, GA37, dan GA38. Giberelin diproduksi oleh jamur
dan tumbuhan tinggi
Hormon giberelin dapat ditemukan hampir pada semua bagian tanaman,
baik akar, batang, daun, bunga, maupun buah. Peranan hormon giberelin bagi
tanaman, antara lain
ü bersama dengan auksin merangsang pembelahan dan pemanjangan sel;
ü merangsang pertumbuhan batang dan daun (Gambar 12);
ü menghilangkan sifat kerdil tanaman;
ü pada konsentrasi tinggi, merangsang pertumbuhan akar;
ü merangsang perkecambahan;
ü merangsang pembentukan bunga pada tanaman hari panjang (long day
plant);
ü merangsang perkecambahan serbuk sari dan pertumbuhan buluh serbuk
sari;
ü menghambat pertumbuhan akar adventif;
ü mematahkan dormansi sebagian besar jenis biji.
Gambar 12. Pengaruh Giberilin pada Pertumbuhan Batang
Gambar 13. Pengaruh Giberilin pada Buah Anggur
c.
Sitokinin
Hormon sitokinin ditemukan oleh ilmuwan Amerika bernama Folke
Skoog pada tahun 1954. Ada beberapa macam sitokinin yang telah diketahui, di
antaranya kinetin, zeatin (pada jagung), dan benzil amino purin (BAP).
Sitokinin ditemukan hampir pada semua jaringan meristem. Peranan sitokinin,
antara lain
ü bersama dengan auksin dan giberelin merangsang pembelahan selsel
tanaman;
ü menghambat dominansi apikal oleh auksin;
ü merangsang pertumbuhan kuncup lateral;
ü merangsang pemanjangan titik tumbuh;
ü mematahkan dormansi biji serta merangsang pertumbuhan embrio;
ü merangsang pembentukan akar cabang;
ü menghambat proses penuaan (senescence) daun (Gambar 14)
Gambar 14. Penuaan Daun Akibat Kekurangan Sitokinin
d.
Asam Absisat (ABA)
Senyawa ini ditemukan pada tahun 1963 oleh P.F. Wareing dan F.T.
Addicott. Asam absisat dihasilkan oleh daun, ujung akar, dan batang serta
diedarkan oleh jaringan pengangkut. Biji dan buah juga mengandung ABA dalam
jumlah yang tinggi, tetapi tidak diketahui apakah ABA disintesis atau diedarkan
ke biji dan buah. Asam absisat disebut juga ’hormon stress’ karena memiliki
sifat menghambat pertumbuhan tanaman. Fungsi ABA, antara lain :
ü menghambat pembelahan sel;
ü mempercepat proses penuaan, terutama pada daun;
ü mempercepat gugurnya daun;
ü menghambat pertumbuhan;
ü mempertahankan dormansi biji dan kuncup (Gambar 15);
ü merangsang pembusukan buah;
ü merangsang penutupan stomata jika kekurangan air.
Gambar 15. Kekurangan ABA menghambat dormansi pada biji jagung
e.
Gas Etilen
Etilen merupakan satusatunya hormon tumbuhan yang berbentuk gas,
tidak berwarna, dan berbau seperti eter. Etilen dihasilkan oleh ruasruas
batang, buah yang matang, dan jaringan yang menua, misalnya daundaun yang
gugur. Peranan etilen, antara lain
ü mempercepat pematangan buah (Gambar 16);
ü merangsang penuaan daun dan pembusukan buah;
ü bersama dengan auksin dapat memacu pembungaan;
ü menghambat pertumbuhan akar dan batang pada saat stress.
Gambar 16. Demonstrasi Penggunaan Tomat Matang sebagai Sumber Gas
Etilen untuk Mematangkan Buah Tomat Mentah
Banyak aspek pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan yang
dipengaruhi oleh dua atau lebih hormon. Hormonhormon tumbuhan itu dapat saling
berinteraksi untuk memperkuat pengaruh hormon lainnya, disebut sinergisme. Sebagai contoh, giberelin dan
auksin bersinergisme dalam proses pemanjangan batang. Sebaliknya, pengaruh
hormon tumbuhan dapat saling berlawanan, disebut antagonisme. Contohnya,
sitokinin berantagonisme dengan auksin. Sitokinin merangsang pertumbuhan kuncup
lateral, sedangkan auksin mempertahankan dominansi apikal kuncup terminal.
Etilen yang dihasilkan oleh daun merupakan pengatur pengguguran daun (absisi).
Pada tahap awal absisi, auksin berantagonisme dengan etilen, tetapi kemudian
auksin menjadi bersinergisme dengan kerja etilen.
- Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tumbuhan, antara lain nutrisi, cahaya, suhu, kelembapan, dan aerasi.
a.
Nutrisi
Semua makhluk hidup, termasuk tumbuhan, memerlukan nutrisi untuk
kelangsungan hidupnya. Nutrisi atau zatzat makanan tersebut diperlukan sebagai
sumber energi dan sebagai penyusun komponenkomponen sel bagi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan. Nutrisi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu unsur makro
(makronutrisi) dan unsur mikro (mikronutrisi).
Unsur makro (yaitu, unsur yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah
banyak), antara lain karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur, fosfor,
potasium (kalium), dan magnesium. Unsur mikro (yaitu, unsur yang diperlukan
tumbuhan dalam jumlah sedikit) terdiri atas besi, tembaga, seng, mangan,
kobalt, natrium, boron, klor, dan molibdenum. Semua unsur tersebut harus selalu
tersedia, meskipun diperlukan hanya dalam jumlah sedikit. Apabila suatu unsur
tidak dapat tercukupi, tanaman akan mengalami defisiensi. Defsiensi suatu unsur
akan menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman terganggu. Gejala yang
mungkin timbul akibat defisiensi unsur hara adalah sebagai berikut.
ü Defisiensi nitrogen menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek dan berwarna
hijau muda. Permukaan daun bagian bawah berwarna kuning atau cokelat muda dan
batang pendek serta kurus (Gambar 17 (a)).
ü Defisiensi potasium (kalium) menyebabkan tumbuhan memiliki tunas
yang kecil dan ujungujung daun mudanya mati. Daun yang lebih tua
memperlihatkan gejala klorosis dengan ujung pinggirnya mengering dan berwarna
kecokelatan. Pada pinggir daun biasanya terdapat banyak bercak cokelat (Gambar 17
(b)).
ü Defisiensi fosfor
menyebabkan tumbuhan tumbuh jelek dengan daun berwarna hijau kebiruan. Bagian
bawah daun kadang berwarna seperti karat dengan bercak ungu atau cokelat
(Gambar 17 (c)).
ü Defisiensi magnesium akan
menunjukkan gejala klorosis (daun tidak berwarna hijau karena kekurangan
klorofl). Hal itu terjadi karena magnesium diperlukan untuk pembentukan
klorofl. (Gambar 17 (d)).
ü Defisiensi besi menyebutkan daun muda mengalami klorosis parah,
tetapi tulang daun utamanya tetap hijau seperti biasa. Kadangkadang muncul
bercak cokelat. Sebagian atau keseluruhan daun mungkin mati.
ü Defisiensi seng menyebabkan terjadinya gejala klorosis
antarpertulangan daun yang akhirnya menyebabkan nekrosis (jaringannya berwarna
gelap) dan menghasilkan pigmentasi ungu. Jumlah daun sedikit dan bentuknya
mengecil, ruas batang pendek, tunas berbentuk roset, serta produksi buah
rendah. Daun gugur dengan cepat.
Gambar 17. Gejala Defisiensi Mineral pada Tanaman
Unsurunsur yang diperlukan tanaman dan fungsinya dapat dilihat pada
Tabel 2.
b.
Cahaya
Tidak semua jenis nutrisi yang diserap oleh tanaman dapat
digunakan secara langsung oleh tanaman untuk pertumbuhannya. Sebagai contoh,
air dan karbon dioksida harus diolah terlebih dahulu di dalam daun untuk
membentuk zat gula (glukosa) melalui proses fotosintesis. Fotosintesis hanya
dapat terjadi jika ada cahaya. Hasil fotosintesis yang berupa glukosa itu akan
digunakan oleh tanaman sebagai sumber energi untuk pertumbuhan atau sebagai
bahan untuk membangun komponenkomponen sel. Jika tidak ada cahaya,
fotosintesis tidak akan terjadi sehingga tidak tersedia sumber energi bagi
tumbuhan untuk melangsungkan pertumbuhannya. Cahaya juga berhubungan dengan
kerja hormon auksin. Anda tentu masih ingat peran auksin dalam pertumbuhan
tanaman. Aktivitas hormon auksin dihambat oleh cahaya. Pada kondisi tidak ada
cahaya, kerja auksin menjadi sangat optimal sehingga memacu pembelahan dan
pemanjangan sel. Akibatnya, tumbuhan tumbuh sangat cepat, tetapi berdaun pucat
(kuning) karena tidak dapat membentuk klorofil.Tumbuhan memiliki respons berbeda
terhadap lama penyinaran. Respons tersebut dapat berupa pertumbuhan ataupun
reproduksi. Respons tumbuhan terhadap lama waktu terang (siang) dan gelap
(malam) setiap harinya disebut fotoperiodisme. Berdasarkan hal
tersebut, tanaman dapat dibedakan menjadi empat kelompok yaitu tanaman hari
pendek, tanaman hari panjang, tanaman hari sedang, dan tanaman hari
netral.Tanaman hari pendek adalah tanaman yang berbunga jika mendapatkan lama
siang kurang dari 12 jam setiap harinya, contohnya krisan (Gambar 17) dan
stroberi. Tanaman hari panjang adalah tanaman yang berbunga jika mendapatkan
lama siang lebih dari 12 jam setiap harinya, contohnya bayam. Tanaman hari
sedang adalah tanaman yang berbunga jika mendapatkan lama siang kirakira 12
jam setiap harinya, contohnya kacang. Tanaman hari netral adalah tanaman yang
berbunga tidak bergantung pada lamanya siang setiap hari, contohnya mawar.
Gambar 18. Crysan
merupakan tanaman berhari pendek
c.
Suhu
Peran suhu terhadap pertumbuhan tanaman sangat penting karena suhu
berpengaruh terhadap aktivitas enzim. Enzim merupakan senyawa protein yang
dapat berperan sebagai katalisator dalam reaksireaksi kimia di dalam sel.
Enzim hanya dapat bekerja secara optimal jika suhunya optimal. Jika suhu naik
melebihi suhu optimal, aktivitas enzim akan berkurang. Demikian juga jika suhu
terlalu rendah, reaksi kimia di dalam sel tidak dapat berjalan dengan baik.
Jika reaksireaksi kimia sel terganggu, pertumbuhan tanaman juga akan
terganggu. Anda tentu juga masih ingat peran suhu terhadap transpirasi. Jika
suhu naik, transpirasi juga akan naik sehingga tanaman akan kehilangan lebih banyak
air. Akibatnya, pertumbuhan tanaman menjadi terganggu. Tanaman biasanya
memiliki persyaratan suhu tertentu untuk dapat hidup secara normal.
d.
Kelembaban
Mengapa kelembapan berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman?
Kelembapan udara akan berpengaruh terhadap laju penguapan atau transpirasi.
Jika kelembapan rendah, laju transpirasi meningkat sehingga penyerapan air dan
zatzat mineral juga meningkat. Hal itu akan meningkatkan ketersediaan nutrisi
untuk pertumbuhan tanaman. Jika kelembapan tinggi, laju transpirasi rendah
sehingga penyerapan zatzat nutrisi juga rendah. Hal ini akan mengurangi
ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhannya juga
akan terhambat.
e.
Aerasi
Aerasi tanah berkaitan dengan kandungan oksigen di dalam tanah. Tanah
yang memiliki kandungan oksigen yang cukup dikatakan aerasinya baik. Oksigen di
dalam tanah diperlukan oleh akar untuk melakukan respirasi. Respirasi akar akan
bermanfaat dalam perkembangan selsel akar dan juga berguna untuk membantu
penyerapan nutrisi dari dalam tanah. Jika aerasi tidak baik, respirasi akar
akan terganggu sehingga mengganggu pertumbuhan akar dan penyerapan nutrisi.
No comments:
Write komentar