Wednesday, 19 February 2014

Ridwan Kamil (Biografi)

Ridwan Kamil lahir pada 4 Oktober 1971 di Bandung dari pasangan Dr. Atje Misbach SH (alm.) dan Dra. Tjutju Sukaesih. Ayahnya  adalah Doktor Fakultas Hukum UNPAD sementara ibunya dosen farmasi UNISBA dan staff ahli LPPOM MUI Jabar.  Ridwan Kamil asli orang Sunda. Darah Sunda itu berasal dari kedua orangtuanya. Ayahnya asli Subang dan ibu dari Tasikmalaya dan kedua kakeknya yang berasal dari Situ Bagendit Garut.
Sejak kecil Ridwan Kamil hidup dengan sederhana. Sarapan dengan menu telor dadar yang dibagi rata dengan 4 saudaranya. Naik angkot dari Dago ke SD Banjarsari di Jalan Merdeka. Hidup sederhana layaknya masyarakat lain.
Ridwan Kamil diasuh dengan nasehat untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak. Moral dan etika juga menjadi nilai utama yang diajarkan  ayahnya yang merupakan keturunan kiai Muhyidin yang dikenal dengan Mama Pagelaran pendiri tiga pesantren di Sumedang dan Subang serta Pamannya KH Atang Abdul Quddus (alm), Imam Mesjid Agung Subang serta ketua MUI Kab Subang. Ridwan Kamil sendiri pernah nyantri di pesantren pagelaran III yg dipimpin oleh pamannya KH Oom Abdul Qoyyum (alm).




Membina Keluarga Bahagia

null
Ridwan Kamil beserta istri, Atalia Praratya, ditemani dua buah hatinya Laetetia dan Emmiril, tinggal di sebuah rumah yang unik hasil rancangannya sendiri. Ventilasi rumah ini terbuat dari  tiga puluh ribu botol Kratingdaeng. Ridwan Kamil ingin  membuktikan bahwa sampah bisa disulap menjadi indah. Rumah tersebut berada di Cigadung tidak jauh dari rumah ibunya, sengaja demikian agar Ridwan Kamil bisa tetap berbakti pada ibunya sampai akhir hayat.
Meski kesibukannya sangat ketat, Ridwan Kamil tak pernah kekurangan waktu untuk keluarga. Istrinya selalu mendampingi saat susah maupun senang, memberikan nasihat dan semangat.
Bagi Ridwan Kamil, kebahagiaan hidup bermula dari kebahagiaan di rumah.




Mencari Ilmu hingga Amerika

Sebagai pituin Bandung Ridwan Kamil menempuh pendidikan dasar hingga kuliah di kota Bandung. Pendidikan Ridwan Kamill dimulai dengan belajar membaca, berhitung, dan bermain di TK Aisyiah Jalan Dago Barat Bandung. Kemudian selama 6 tahun Ridwan Kamil sekolah di SD Banjarsari III Jalan Merdeka Bandung. Pada masa-masa ini tak jarang Ridwan Kamil berjalan kaki dari Dago Timur ke jalan Merdeka. Sejuk dan asrinya Jalan Haji Juanda saat itu membuat jarak Dago Timur-Merdeka serasa dekat.
SMPN 2 Bandung di Jl. Sumatra adalah tempat Ridwan Kamil memulai berorganisasi. Selain belajar, dia aktif di OSIS dan Pramuka. Kegiatan ini tidak menghalanginya untuk menjadi bintang kelas, justru memberikan pengalaman dan pengetahuan yang menjadi bekal jiwa kepemimpinannya ketika dewasa.
Pendidikan berlanjut di SMA 3 Bandung. Masa remajanya diisi dengan berbagai kegiatan olahraga, aktif di Paskibra. Ridwan Kamil selalu memotivasi dirinya untuk terus berprestasi. Dia menantang teman-temannya untuk bersaing menjadi yang terbaik di Sekolah. Dia pernah menantang temannya, siapa yang mendapat rangking satu akan diberi cakue. Ridwan Kamil menjadi langganan mendapat hadiah cakue dan akhirnya memakan cakue itu bersama-sama dengan temannya.
Ridwan Kamil kuliah di ITB jurusan arsitektur. Saat tugas akhir, sang ayah wafat. Itulah tahun terberat dalam sejarah hidupnya. Berkat tekad yang kuat dan kemampuannya memotivasi diri sendiri, dia dengan nilai A++. Setelah lulus, sempat beberapa tahun mengajar di almamaternya, sebelum akhinrya melanjutkan kuliah S2 di University of California, Amerika, dalam bidang tatakota, tahun 1999 sampai tahun 2001.

Pendidik dan Pengusaha

Selepas menuntaskan pendidikannya di Amerika, Ridwan Kamil bekerja di firma arsitektur di Amerikan Hongkong. Di Amerika, Ridwan kamil meraih kehidupan yang layak. Tapi sang ibu menasihati, "Ari neangan duitmah engke aya gantina, ari minterkeun batur tidak akan terukur nilaina" (kalau mencari uang itu nanti bisa ada gantinya, kalau memintarkan orang lain tidak terukur nilainya). Karena nasihat itu Ridwan Kamil memutuskan untuk pulang ke kampung halaman, Bandung. Ridwan Kamil kembali ke almamaternya menjadi dosen di urusan arsitektur ITB. Bersama mahasiswa dari Rancang Kota, Desain Produk, dan Elektro ITB, Ridwan Kamil melahirkan Enerbike sebuah rancangan sepeda penghasil listrik.
Bersamaan dengan itu, Ridwan Kamil mendirikan firma arsitektur Urbane, singkatan dari Urban Evolution. Urbane juga bisa dibilang singkatan dari Urang Bandung Euy. Melalui perusahannya ini, Ridwan Kamil menggarap berbagai proyek di Indonesia, dan mancanegara. Konsep arsitektur yang mengedepankan “green system”, responsif terhadap lingkungan, serta nilai artistik, menjadikan Urbane sebagai satu dari sepuluh firma arsitektur terbaik di Indonesia.

Membangun Kota Bersama

nullHidup adalah udunan (kolaborasi), Ridwan kamil memegang teguh filosofi ini. Banyak permasalahan publik bisa terpecahkan oleh jurus jitu kolaborasi ini. Percaya bahwa kota di masa depan harus dibangun dengan konsep babarengan, Ridwan Kamil mendirikan banyak komunitas sosial di masyarakat seperti Bandung Creative City Forum (BCCF), gerakan Indonesia Berkebun, Bandung Citizen Journal, Konsep One Village One Playground dll. Intinya, semua permasalahan yang ada di masyarakat bisa diatasi dengan kerja sama dan gotong royong.
Ridwan Kamil mencontohkan tentang terlantarnya 300 taman kota di Bandung karena alasan tak adanya dana. Ketika taman kota terlantar ini diumumkan pada warga dan komunitas kota, ternyata ada 300 komunitas yang siap mengadopsi dan memelihara taman tersebut. Bahkan setiap taman bisa diberi tema sesuai dengan komunitas yang memeliharanya. Solusi yang begitu sederhana.

Hidup adalah udunan (kolaborasi)

Ridwan kamil memegang teguh filosofi ini.




Karya dan Penghargaan yang Mendunia

null
Karya Profesional Ridwan Kamil
Melalui firma arsitektur  Urbane, karya Ridwan Kamil tersebar di berbagai daerah Indonesia dan mancanegara. Dari masjid yang terbuat dari batako yang terbuat dari abu letusan gunung merapi, Museum Tsunami di Aceh, Sekolah anti gempa di Pangalengan Bandung, kawasan elit di Kuningan jakarta, superblok di Cina, rancangan kawasan di Syria.
Tak kurang dari dua puluh penghargaan yang berkaitan dengan karya arsitektur dan tata kota dia raih. Rancangan masjid Al-Irsyad yang ia persembahkan untuk almarhum ayahnya, diganjar Top 5 Best Building of The Year 2010 oleh ArchDaily, dan menjadi satu dari 25 masjid terindah di dunia versi Complex Magazine.

Mengabdikan Diri untuk Sesama

Kini, Ridwan Kamil merasa Tuhan telah memberi segala yang dia impikan. Keluarga yang sehat dan bahagia; seorang istri yang cantik dan setia, putra dan putri penghibur hati. Lengkap sudah. Pendidikan tinggi dari luar negeri dia bagi kepada mahasiswanya di ITB. Itu kepuasan tersendiri. Perusahaan arsitekturnya menjadi satu dari 10 firma paling berpengaruh di nusantara. Proyek-proyeknya bukan hanya dari Indonesia, tapi menyebar dari Asia, Arab hingga Amerika. Lalu mau apalagi?
Ridwan Kamil teringat pesan almarhum ayahnya. Dunia ini perlu orang pintar dan peduli. Pintar saja tak akan berarti apa-apa. Peduli tanpa ilmu mungkin akan menjadi sia-sia. Dia juga teringat pesan ibunya, “Jangan menolong orang lain sebelum menolong diri sendiri” Meskipun tidak tergolong kaya raya, Ridwan Kamil merasa bahwa dia telah cukup untuk dirinya sendiri. Inilah saatnya menolong orang lain.
Saat memulai berbagai aktivitas sosial dan aktif di komunitas, Ridwan Kamil mulai “mewakafkan” 25% waktunya. Porsi itu dia terus tingkatkan, dan sama sekali tidak menurunkan produktivitas kerja profesionalnya di dunia pendidikan dan kewirausahaan.
Dari langkah kecil itulah, dari tangan Ridwan Kamil bersama komunitas yang tergabung di Bandung Creative City Forum, melahirkan berbagai karya sosial seperti Indonesia Berkebun, Bike Sharing, Urban Citizen Journalism. Ridwan Kamil juga mencari dana dan membeli sepetak tanah untuk dijadikan taman bermain untuk anak-anak di pemukiman padat di Kota Bandung.
null
Bandung Berkebun
Kerja kreatifnya untuk kota Bandung semakin intensif dan meluas meliputi isu-isu kemasyarakatan yang dialami kaum miskin perkotaan. Hal ini dilatarbelakangi oleh teguran kecil dari seorang nenek, “Jang, kreatif teh kudu karasa ku kabehan atuh,” (Dek, kreatif itu harus menyentuh semua kalangan dong)Dari sana Ridwan Kamil mulai menggarap sejumlah kerja-kerja sosial kreatif untuk memecahkan permasalahan nyata warga kota seperti banjir sampah, dan miskinnya ruang publik di kawasan kumuh kota. Salah satu proyek monumentalnya adalah proyeknya di Blok Tempe. Bersama komunits kreatif bandung dan masyarakat setempat kini warga berhasil menanggulangi masalah banjir sampah dan mengelola sistem asuransi kesehatan.
 null
Pemanfaatan Lahan Kosong di Babakan Asih (Blok Tempe)

Dari Bandung Untuk Indonesia, Menginspirasi Dunia

Ridwan Kamil berasal dari Bandung tapi menginspirasi orang yang berada jauh di sana, di Amerika. Pada bulan Maret, Ridwan Kamil  menjadi satu dari dua orang (yang satunya adalah Walikota Barcelona) yang mendapat penghargaan “Urban Leadership Award” dari Universitas Pennsylvania. Orang Amerika terinspirasi oleh kerja kreatif Ridwan Kamil membangun kota dengan menggerakkan partisipasi komunitas dan warga. Penghargaan ini melengkapi 35 penghargaan lain yang dia raih dalam sembilan tahun terakhir.
Ridwan Kamil sudah menjelajahi 100 Kota dunia. Mengamati, mempelajari bagaimana manusia di berbagai belahan dunia membangun peradaban, merancang dan memelihara kota. Bahkan Ridwan Kamil terlibat dalam menata ulang sejumlah kota di Indonesia dan mancanegara. Karya-karyanya telah dihargai dunia.
Kini mari beri kesempatan Ridwan Kamil untuk mengabdikan jiwa dan ilmunya bagi tanah kelahirannya tercinta.

http://www.ridwankamil.net/ridwan-kamil

No comments:
Write komentar