1. Judul : Pit fall Trap
2. Tujuan : Membandingkan kelimpahan relative jenis-jenis hewan.
3. Landasan Teori
Kehidupan hewan pada hutan mangrove tergantung pada habitatnya, karena keberadaan dan kepadatan populasi suatu jenis hewan mangrove disuatu daerah sangat ditentukan keadaan daerah itu. Dengan kata lain keberadaan dan kepadatan suatu populasi suatu jenis hewan mangrove disuatu daerah sangat tergantung dati faktor lingkungan, yaitu lingkungan biotik.
Faktor lingkungan abiotik secara besarnya dapat dibagi atas faktor fisika dan faktor kimia. Faktor fisika antara lain ialah sauhu, kadar air, poositas dan tekstur tanah. Faktor lingkungan abiotik sangat menentukan struktur komunitas hewan-hewan yang terdapat suatu habitat.
Faktor biotic bagi hewan mangrove adalah organisme lain yang juga terdapat dihaitatnya seperti mikroflora, tumbuh-tumbuhan dan hewan lainnya. Pada jenis-jenis organisme itu saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Interaksi itu bisa berupa predasi, parasitisme, komperisi dan penyakit.
Dalam studi ekologi hewan, pengukuran faktor lingkungan abiotik penting dilakukan karena besarnya pengaruh faktor abiotik itu terhadap keberadaan dan kepadatan populasi hewan yang diteliti. Selain itu pengukuran faktor lingkungan abiotik pada tempat dimana jenis hewan mangrove kepadatannya akan sangat menolong dalam perncanaan pembudidayaannya.
4. Alat dan bahan
1. 10 buah botol akua kecil
2. Tali rapia 100 m
3. Alohol dan formalin
5. Cara kerja
Buat perangkap (botol akua kecil) yang sudah diberi campuran formalin dan alkohol disiapkan. Kemudian gali tanah 10 lubang dengan jarak 1 m per lubang.
Perangkap dalam jumlah yang sama dipasang secara acak pada lahan seluas dengan vegetasi yang berbeda macamnya. Untuk memudahan pengenalan lokasi tiap perangkap, cabang perdu terdekat diberi tanda dengan menggunakan tali rafia. Pasangkan perangkap-perangkap itu pada pagi hari dan hasilnya diamil sore hari, hasil penangkapan perangkap yang dipasang sore hari diambil pada pagi esoknya.
Kumpulkan hasil perangkap itu (berikut larutan pengawetnya) dalam kantung-kantung atau botol-botol plastic yang masing-masing telah diberi label yang lengkap. Pengerjaan selanjutnya meliputi identifikasi dan pencacahan jumlah individu tiap takson yang diperoleh yang dilakukan dilaboratorium.
6. Hasil pengamatan dan pembahasan
Hari ke 1
Keterangan:
DO: 1,2
pH: 6,02
Peletakan 15.55 (jum’at 09 Desember 2011)
Pengambilan 06.00 (sabtu 10 desember 2011)
Jenis spesias
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
jumlah
|
Kepiting
|
1
| ||||||||||
Jangkrik
|
1
|
2
|
3
| ||||||||
Semut
|
4
|
4
| |||||||||
Remetuk
|
1
|
1
|
Hari ke 2
Peletakan 06.15 (sabtu 10 Desember 2011)
Pengambilan 16.00 (sabtu 10 desember 2011)
Jenis spesias
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
jumlah
|
Kepiting
|
3
|
3
|
6
| ||||||||
Jangkrik
|
5
|
1
|
6
| ||||||||
Semut
|
1
|
1
|
2
|
Tidak semua hewan dalam komunitas biotic, individu-individu populasinya dapat dihitung atau kerapatan populasinya dapat diukur. Dalam hal demikian, pengetahuan mengenai kelimpahan atau kerapatan relative sudah cukup. Meskipun besar populasi yang sebenarnya tidak diketahui, namun gambaran mengenai kelimpahan populasi yang berupa indeks sudah dapat memberikan informasi mengenai banyak hal. Misalnya mengenai berubah-ubahnya populasi hewan disuatu tempat (area) pada waktu yang berbeda, ataupun berbeda-bedanya populasi-populasi hewan pada area atau komunitas yang berbeda-beda.
Teknik dan metoda penentuan indeks kelimpahan itu banyak sekali macamnya, tergantung dari spesies hewan berikut kekhasan perilakunya serta macam habitat yang ditempatinya. Salah satu metode yang akan digunakan dalam latihan ini adalah metoda perangkap jebak (pitfall trap). Seperti tampak tampak dalam gambar dibawah, perangkap jebak itu berupa tabung atau bejana tinggi sedeerhana yang debenamkan ke dalam tanah (biasanya menggunakan gelas aqua), hingga mulut tabung itu rata dengan permukaan tanah atau serasah yang menutupinya.
Hasil penangkapan hewan dengan perangkap jebak itu tergantung dari perilaku dan aktifitas hewan. Sehubungan dengan itu, maka kita pun dapat memperoleh gambaran kasar mengenai proporsi jenis-jenis hewan yang bersifat nocturnal, diurnal, krepaskuler atau aritmik.
7. Kesimpulan
1. Jenis hewan yang tertangkap antara lain kepiting, jangkrik, semut, remetuk.
2. Pada hari pertama, hewan yang banyak tertangkap adalah semut dengan jumlah empat ekor.
3. Pada hari kedua, hewan yang banyak tertangkap adalah jangkrik dan kepiting dengan jumlah sama besar yaitu enam ekor.
No comments:
Write komentar