Terbentuknya Semesta Alam
1. Teori Terbentuknya alam semesta
1.1
Alam
Semesta
Pengertian alam semesta mencakup tentang mikrokosmos dan makrokosmos.
Mikrokosmos adalah benda-benda yang mempunyai ukuran sangat kecil, misalnya
atom, elektron, sel, amuba, dan sebagainya. Sedang makrokosmos adalah
benda-benda yang mempunyai ukuran yang sangat besar, misalnya bintang, planet,
dan galaksi.
Konsep pemikiran manusia tentang pusat universe atau alam semesta sangat
radikal. Awalnya para ilmuan astronom menetapkan bahwa manusialah yang sebagai
pusat, yang diberi nama teori egosentris. Setelah itu mereka menetapkan bumi
yang menjadi pusat yang ditokohi oleh Cladius Ptolemeus. Teori ini dikenal
dengan geosentris. Namun setelah itu Nicolas Copernicus mengungkap teori baru
di mana matahari dijadikan pusat alam semesta, heliosentris. Namun saat ini mereka
baru menyadari bahwa teoti tersebut lebih cocok digelayutkan pada tata surya.
Dan tata surya hanyalah sebagian dari galaksi, dan galaksi adalah satu kumpulan
bintang dari banyak kumpulan bintang di alam semesta.
1.2 Teori Terbentuknya Alam Semesta
a. Teori Letusan Hebat (Big Bang)
Berbagai teori tentang
jagad raya membentuk suatu bidang studi yang dikenal sebagai kosmologi.
Einstein adalah ahli kosmologi modern pertama. Tahun 1915 ia menyempurnakan
teori umumnya tentang relativitas, yang kemudian diterapkan pada
pendistribusian zat di luar angkasa. Pada tahun 1917 secara matematik
ditentukan bahwa tampaknya ada massa bahan yang hampir seragam yang
keseimbangannya tak tentu antara kekuatan tarik gravitasi dan kekuatan olek
atau kekuatan dorong kosmik lain yang tak dikenal.
Pada tahun 1922 seorang ahli fisika Rusia
muncul dengan pemecahan soal itu secara lain, yang mengatakan bahwa kekuatan
tolak tidak berperan bahkan jagad raya terus meluas dan seluruh partikel
terbang saling menjauhi dengan kecepatan tinggi. Karena kekuatan tarik gravitasi, perluasan itu terus melambat.
Sebelumnya, partikel-partikel itu telah bergerak keluar bahkan lebih cepat
lagi. Dalam model jagat raya ini dahulu perluasan mulai pada saat yang unik
yang disebut “letusan hebat”.
Sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an
bahwasanya langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu dan kemudian
dipisahkan :
أولم يرالذين
كفروا أن السمات واللأرض كانتا رتقا ففتقنا هما وجعانا من الماء كل شيء حى أفلا
يؤمنون
Artinya: “Dan
apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu
keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian kami pisahkan antara keduanya,
dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup, maka mengapa mereka juga
tidak beriman ?” .
(QS.Al Anbiya
: 30 )
Teori letusan hebat
rupanya begitu berlawanan dengan pengetahuan astronomi zaman sekarang, yang
mula-mula sedikit menarik perhatian. Akhirnya sebanyak bintang dalam galaksi
Bimasakti bukannya saling menjauhi satu sama lain, tetapi malahan berjalan
dalam orbit sirkular mengelilingi wilayah pusatnya yang padat. Akan tetapi,
pada tahun 1929 Edwin Hubble, ketika itu ahli astronomi di Observatorium Mount
Wilson, mengemukakan bahwa berbagai galaksi yang telah diamatinya sebenarnya
menjauhi kita, dan menjauhi yang lain, dengan kecepatan sampai beberapa ribu
kilometer per-detik.
Rupanya
galaksi-galaksi ini, seperti halnya Bimasakti kita, menjaga keutuhan bentuk
internalnya selama waktu yang panjang. Galaksi-galaksi itu secara
sendiri-sendiri mengarungi angkasa raya, kira-kira sebagain unit atau partikel
yang bergerak mengarungi ruang angkasa. Teori Einstein dapat diterapkan pada
berbagai galaksi, sebagai ganti bintang-bintang.
b. Teori Keadaan Tetap (Steady-State
Theory)
Kalau kita kembali ke
tahun 1948, tidaklah ditemukan informasi yang cukup untuk menguji teori letusan
hebat itu. Ahli Astronomi Inggris Fred Hoyle dan beberapa ahli astro-fisika
Inggris mengajukan teori yang lain, teori
keadaan tetap yang menerangkan bahwa jagat raya tidak hanya sama dalam ruang
angkasa –asas kosmologi- tetapi juga tak berubah dalam waktu asas kosmologi
yang sempurna. Jadi, asas kosmologi diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi
“sempurna” atau “lengkap” dan tidak bergantung pada peristiwa sejarah tertentu.
Teori keadaan tetap berlawanan sekali dengan teori letusan hebat.
Dalam teori kedua, ruang angkasa berkembang
menjadi lebih kosong sewaktu berbagai galaksi saling menjauh. Dalam teori
keadaaan tetap, kita harus menerima bahwa zat baru selalu diciptakan dalam
ruang angkasa di antara berbagai galaksi, sehingga galaksi baru akan terbentuk
guna menggantikan galaksi yang menjauh. Orang sepakat mengatakan bahwa zat baru itu ialah hydrogen, yaitu sumber yang menjadi asal
usul bintang dan galaksi.
Penciptaan zat
berkesinambungan dari ruang angkasa yang tampaknya kosong itu diterima secara
skeptis oleh para ahli, sebab hal ini rupanya melanggar salah satu hukum.
c. Teori Osilasi
Teori lainnya adalah
teori osilasi. Teori isolasi memandang kejadian alam semesta sama dengan teori
keadaan tetap, yaitu bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak akan berakhir.
Bedanya dalam teori osilasi masih mengakui adanya dentuman besar dan pada suatu
saat gravitasi akan menyedot kembali sehingga alam semesta akan mengempis (collapse) yang pada akhirnya akan
menggumpal kembali dalam kepadatan yang tinggi dengan temperature yang tinggi
dan akan terjadi dentuman besar kembali. Setelah big-bang kedua terjadi, dimulai kembali ekspansi kedua dan suatu
saat akan mengempis kembali dan meledak untuk ketiga kalinya
2. Proses Terbentuknya Galaksi dan Tata Surya
2.1. Teori
Nebulata
Yaitu teori yang menyatakan bahwasanya tatasurya terbentuk dari awan panas
atau kabut gas yang panas. Teori ini dikemukakan oleh Immanuel Kant (1755) dan
Pierre Simon (1796). Menurut Kant kabut tersebut berputar lambat dn memadat
karena adanya gaya tarik-menarik dan tolak-menolak, dari bagian-bagiannya
terbentuklah pada pusatnya sebuah inti besar matahari dan sekelilingnya
inti-inti kecil dari planet-planet.
Adapun menurut Laplace, susunan matahari berasal dari
kabut pijar dan merupakan bagian besar yang berputar makin cepat, dan karena
proses pendinginan, mak kabut bagian luar terpisah membentuk petang gelap kabut
yang akhirnya membentuk planet-planet dengan benda-benda yang mengelilinginya
berupa satelit.
2.2.Hipotesis
Planettesimal.
Teori ini sama dengan hipotesis nebular, hanya saja
pembentukan planet-planet tidak harus dari satu sumber, tapi dari sumber lain (
bintang ) lain yang kebetulan lewat dekat tatasurya, yang mana tatasurya kita
merupakan bagian didalamnya.
2.3.Teori Tidal
Menurut teori ini planet merupakan percikan matahari
dan percikan ini disebut tidal. Karena pada masa lalu matahari mempunyai
pasangan sebuah bintang yang kemudian meledak dan sejumlah partikelnya terlempar
keluar angkasa, dari ledakan tersebut awan gas tertinggal oleh gaya
tarik-menarik matahari, awan gas itu ditarik mendekati kepadanya dan kemudian
berubah menjadi planet-planet.
No comments:
Write komentar