Saturday, 29 October 2011

pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar



BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
           Pentingnya tentang peningkatan profesionalisme guru dalam kerangka manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah tidak dapat terlepas dari kajian tentang pentingnya keberadaan guru yang profesional. Pertanyaan-pertanyaan seperti itu mengapa diperlukan adanya guru yang profesional, apa saja karakteristik guru yang propesional, dan apa kerangka kerja peningkatan profesionalisme guru sekolah. Dalam dunia pendidikan, guru memegang peranan penting dan strategis. Seorang guru diharapkan dapat berkomunikasi , pandai mengasuh dan menjadi teman belajar bagi para siswa untuk tumbuh dan berkembang. Terjalinnya komunikasi antar guru dan siswa, serta siswa dengan siswa, tidak bisa dilepaskan dari cara guru tersebut menciptakan suasana belajar-mengajar yang efektif. Ia harus mampu membangun motivasi siswa, melibatkan siswa dalam proses belajar-mengajar serta pandai menarik minat dan perhatian siswa.
Sikap profesional seorang guru dapat menumbuhkan konsep diri positif para siswa. Bila tepat aplikasinya, para siswa lambat laun menjadi manusia yang dapat memandang dirinya secara positif. Tapi kenyataan berkata lain, sikap keguruan dari calon guru dewasa ini seolah-olah berkembang dengan sendirinya sebagai hasil sampingan (efek penggiring) dari apa yang telah dipelajarinya. Akibatnya sikap keguruan para guru banyak yang belum muncul, padahal sikap merupakan salah satu unsur yang penting dalam menjalankan pengajaran.
Penguasaan kecerdasan Spiritual, emosional dan intelektual dari calon guru banyak yang salah kaprah, bahkan terkesan banyak yang menghindari penerapan ketiga komponen kecerdasan ini. Melihat begitu pentingnya sikap bagi seorang guru, maka judul yang saya angkat ini membahas bagaimana kita dapat mengetahui, melakukan dan menjadi (to know, to do dan to be) seorang guru masa depan yang powerfull dan menjadi idola. Bisa menjalankan tugas sesuai dengan kemampuan modalitas karakter kepribadian yang unik dari setiap siswanya. Mengenali lebih dekat kecerdasan emosional dan spiritual dan bagaimana melejitkannya, mengkoneksikan dan mensinergikan dalam aktivitas sehari-hari.

1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah ciri-ciri seorang guru professional?
2.      Bagaimankah konsep diri, sikap dan tipe-tipe guru yang profesional?
3.      Bagaimanakah pengaruh kreativitas guru profesional dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar?
4.      Adakah pengaruh kreativitas guru profesional dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar
5.       Adakah pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar
6.      Seberapa besar pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar?
7.      Adakah hubungan antara keprofesionalan guru terhadap prestasi belajar siswa?
8.      Bagaimanakah membangun sikap profesional dengan melejjitkan kecerdasan emosional dan spiritual?

1.3  Maksud dan Tujuan
a.    Maksud
Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh mata kuliah Profesi Pendidikan
b.   Tujuan
1.      Untuk mengetahui cirri-ciri seorang guru profesional
2.      Untuk mengetahui bagaimanakah konsef diri, sikap dan tipe-tipe guru yang profesional
3.      Untuk mengetahui bagaimanakah pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar
4.       Untuk mengetahui adakah pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar
5.       Untuk mengetahui adakah pengaruh fasilitas belajar terhadap hasil belajar
6.      Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kreativitas guru dalam proses belajar mengajar dan fasilitas belajar terhadap hasil belajar
7.      Untuk mengetahui hubungan antara keprofesionalan guru terhadap prestasi belajar siswa?
8.      Untuk mengetahui bagaimanakah membangun sikap profesional dengan melejjitkan kecerdasan emosional dan spiritual


1.4  Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Maksud dan Tujuan
1.4.Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
4.1.Kesimpulan
4.2.Saran
Daftar Pustaka
Lampiran





BAB 11
LANDASAN TEORI

2.1 Posisi Guru Profesional
            Sekolah merupakan institusi yang kompleks (Gorton, 1976; Hanson,1985; Synder & Anderson,1985), bahkan paling kompleks diantara keseluruhan institusi social (Harson,1985). Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masuknya yang bervariasi, melainkan drai proses pembelajaran yang diselenggarakan di dalamnya (McPherson,dkk., 1986). Sebagian institusi yang kompleks, sekolah tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses peningkatan tertentu.
            Dalam rangka proses peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah diperlukan guru, baik secara individual maupun kolaboratif untuk melakukan sesuatu, mengubah “status quo” agar pendidikan dan pembelajaran menjadi lebih berkualitas. Sebenarnya menuju pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas tidak bergantung kepada satu komponen saja misalnya guru, melainkan sebagai sebuah sistem kepada beberapa komponen antara lain berupa program kegiatan pembelajaran, murid, sarana dan prasarana pembelajaran, dana, lingkungan masyarakat, dan kepemimpinan kepala sekolah. Semua komponen dalam system pembelajaran tersebut sangat penting dan menentukan kenerhasilan pencapaian tujuan institusional.
            Namun, semua komponen yang teridentifikasi di atas tidak akan berguna bagi terjadinya perolehan pengalaman belajar maksimal bagi murid bila mana tidak didukung oleh keberadaan guru yang professional. Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan (Adler, 1982). Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendekatan sehari-hari disekolah. Lebih-lebih guru yang unggul (the excellen teacher) merupakan criticalthe  resource in any excellen teaching learning activities (shapero,1985).”....a school system is only as good as the people who make it,”  demikian yang dapat disitir Griffit (1963). Dalam latar pembelajaran di sekolah sitiran tersebut dapat di artikan bahwa peningkatan mutu pendidikan di sekolah sangat tergantung kepada tingkat profesionalisme guru. Jadi, diantara keseluruhan komponen pada sistem pembelajaran sekolah ada sebuah komponen yang paling esensial dan menentukan kuwalitas pembelajaran , yaitu guru. Keberadaanya sangat menentukan keberhasilan pendidikan. Bilamana kita di suruh memilih satu di antara dua pilihan sarana yang lengkap ataukah guru yang profesional, maka posisi bargaining guru lebih tinggi dari pada sarana. Posisi bargaining keberadaan guru secara implisit pernah di kemukakan Adler (1982) bahwa”... there are no unteachable children. There are... any teacher who fail to teach them.” Oleh karena itu, tidak berlebihan kiranya bilamana di hipotesiskan bahwa peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah tidak mungkin ada  peningkatan profesionalisme gurunya.

2.2. GURU PROFESIONAL
            Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, maupun dalam bidang yang digeluti seperti pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru...? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional...? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.
Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan. Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan.
Mengingat guru adalah profesi yang sangat idealis, pertanyaannya adakah guru profesional itu...? Dan bagaimana melahirkan sosok guru yang profesional tersebut..?
Kalau mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa. Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.
            Perihal teori tetang guru profesional telah banyak di kemukakan oleh para pakar menejemen pendidikan, seperti Rice dan Bishoprick (1971) menurut Rice dan Bishoprick guru profesianal adalah guru yang mampu mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugas - tugasnya sehari – hari. Profesionalisasi guru oleh ke dua pasangan penulis tersebut dipandang sebagai satu proses yang bergerak dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketidak matangan menjadi matang, dari di arahkan oleh orang lain menjadi mengarahkan diri sendiri. Sedangkan Glickman (1981) menegaskan bahwa seseorang akan bekerja secara profesional bila mana orang tersebut memiliki kemampuan dan motivasi. Maksudnya adalah seseorang akan bekerja secara profesional bila mana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan hati untuk menggerjakan dengan sebaik – baiknya. Sebaliknya, seseorang tidak akan bekerja secara profesional bila mana hanya memenuhi salah satu dua persyaratan di atas.
            Jadi, betapapun tingginya kemampuan seseorang profesional apabila tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi kerja seseoang ia tidak akan sempurna dalam menyelsaikan tugas – tugasnya bila mana tidak di dukung oleh kemampuan. Menurut Glickman sesuai dengan pemikiranya seorang guru dapat di katakan profesional bila mana memiliki kemampuan tinggi dan motivasi kerja tinggi. Komitmien lebih luas dari pada concern sebab komitmen itu mencakup waktu dan usaha. Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya kurang memberikan perhatian kepada murid demikian pula waktu dan tenaga yang dikeluarkan untuk meninggkatan mutu pembelajaran pun sangat sedikit sebaliknya seorang guru yang memiliki komitmen tinggi biasanya tinggi sekali perhatiannya kepada murid demikian pula waktu yang di sediakan untuk peningkatan mutu pendidikan sangat banyak.
            Sedangkan tingkat abstraksi yang di maksudkan di sini adalah tingkat kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, mengklarifikasi masalah – masalah pembelajaran dan menentukan alternatif pemecahannya.
Guru yang memiliki tingkat abstaksi yang tinggi adalah guru yang mampu mengelola tugas, menentukan berbagai masalah dalam tugas, dan mampu secara mandiri memecahkannya.
1. Guru dan Visi yang tepat
            Ada dua tinjauan konsep sederhana tentang visi. Perertama, visi dapat diartikan secara sederhana sebagai pandandangan. Guru dengan visi yang tepat berarti guru memiliki pandangan yang tepat tentang pembelajaran, yaitu (1) pembelajaran merupakan jantung dalam proses pendidikan, sehingga kualitas pendidikan terletak pada kualitas pembelajarannya, dan sama sekali bukan pada aksesori sekolahan (2) pembelajaran tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, merupakan inovasi tertentu, sehingga guru dituntut melakukan sebagi pembaruan dalam hal pendekatan, metode, teknik, stategi, langkah-langkah, media pembelajaran mengubah” status quo” agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas: dan (3) harus dilaksanakan atars dasar pengabdian, sebagai mana pandangan bahwa pendidikan merupakan sebuah pengabdian bukan sebagai sebiuah proyek. Kedua, visi dapat diartikan sebagai suatu yang dinamis, yaitu sebagai harapan yang ingin di capai di masa yang akan datang. Harapan tersebut menimbulkan inspirasi, berfungsi sebagai pijakan, dan fokus seluruh pengeluaran energi guru
2. Guru dengan aksi inovasi dan mandiri
            Telah ditegaskan di atas bahwa  visi tanpa aksi adalah bagaikan sebuah impian. Inovasi pembelajaran pada hakikatnya merupakan sesuatu yang baru mengenai pembelajaran, bisa berupa ide, program, layanan, metode, dan proses pembelajaran. Dalam kaitannya dengan inovasasi pembelajaran, ada perbedaan persektif diantara para teoretisi tentang dapat tidaknya sesuatu yang bisa disebut sebagai inovasi. Sebelumnya tidak diketahui orang-orang yang terlibat berorientasi pada persektif tersebut maka proses inovasi pembelajaran di sekolah tidak saja mengandung unsur implementasi, melainkan juga, atau diawali dengan penciptaan inovasi pembelajaran.
            Kedua, diantara para teoritisi ada yang berpendapat bahwa sesuatu yang baru itu, untuk dikatakan sebagai sebuah inovasi, tidak harus diciptakan sendiri oleh pihak internal lembaga. Dalam pengertian, sesuatu yang baru itu dapat dikatakan sebagai inovasi apabila sesuatu tang baru tersebut betul-betul baru, belum pernah diterapkan, terlepas apakah diciptakan sendiri oleh lembaga yang bersangkutan maupun diadopsi oleh lembaga lain. Bagi para penganut teori kedua tersebut, kriteria agar sesuatu dapat dikatakan sebagai sebuah inovasi adalah kebaruan dari lembaga yang menerapkannya. Demikianlah, sehingga proses inovasi pembelajaran boleh jadi sekedar proses adopsi ide, teknik, proses baru dalam pembelajaran di dalam sekolah.
2.3 Memiliki keahlian/skill dalam mengajar
Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:
  1. Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
  2. Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
  3. Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau  metodelogi pembelajaran
  4. Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
  5. Kemampuan mengorganisir dan problem solving
F.     Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik

2.4 Personaliti Guru
Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru)  otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge)  tetapi juga menanamkan nilai-nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.

2.5 Program Profesionalisme Guru
  1. Pola rekruitmen yang berstandar dan selektif
  2. Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life eduction)
  3. Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum pendidikan
  4. Pengembangan diri dan motivasi riset
  5. Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya  
2.6  Tinjauan Kreativitas Guru Dalam Proses Belajar Mengajar

2.6.1 Pengertian Kreativitas
Pengertian kreativitas sudah banyak dikemukakan oleh para ahli berdasarkan pandangan yang berbeda-beda, seperti yang dikemukakan oleh Utami Munandar (1992: 47) menjelaskan pengertian kreativitas dengan mengemukakan beberapa perumusan      yang    merupakan     kesimpulan     para   ahli mengenai    kreativitas.
Pertama,     kreativitas   adalah   kemampuan      untuk    membuat     kombinas  baru berdasarkan   data,  informasi,   atau  unsur-unsur    yang   ada. 
Kedua, kreativitas (berpiki kreatif  ata  berpikir  divergen)   adalah   kemampuan   berdasarkan   data atau    informas  yang tersedia,  menemukan banyak kemungkina jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanaannya adalah pada kuantitas, ketepatgunaan,   dan   keragaman   jawaban   (Utam Munandar 1992: 48). Ketiga secara operasional   kreativitas   dapat  dirumuskan sebagai   kemampun yang mencerminkan  kelancaran, keluwesan (fleksibilitas ), dan orisinilitas  dalam berpikir, serta kemampua   untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, merinci) suatu gagasan.    
Slameto (2003: 145) menjelaskan bahwa pengertian kreativitas berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan   menggunakan   sesuatu   yang   telah  ada.   Sesuatu   yang   baru   itu   mungkin berupa perbuatan atau tingkah laku, bangunan, dan lain-lain.     Menurut Moreno dalam Slameto (2003:  146) yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui orang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi diri sendiri dan tidak harus merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain atau dunia pada umumnya, misalnya seorang guru  menciptakan metode mengajar dengan diskusi yang belum pernah ia pakai.
Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1991:189), kreativitas biasanya diartikan sebagai kemampuan untuk menciptakan suatu produk baru, baik yang benar-benar      baru   sama     sekali   maupun     yang    merupakan      modifikasi     atau perubahan   dengan   mengembangkan   hal-hal  yang   sudah   ada.   Bila   konsep   ini dikaitkan      dengan     kreativitas    guru,    guru    yang     bersangkutan      mungkin menciptakan   suatu   strategi   mengajar   yang   benar-benar   baru   dan  orisinil   (asli ciptaan   sendiri),   atau   dapat   saja   merupakan   modifikasi   dari  berbagai   strategi yang   ada   sehingga   menghasilkan   bentuk   baru.   Guru   adalah   tenaga   pendidik yang     memberikan       sejumlah     pengetahuan      kepada    anak    didik   di   sekolah (Djamarah, 1995: 126).
Berdasarkan      uraian   di  atas,   maka   dapat    disimpulkan     bahwa    pengertian guru adalah kemampuan seseorang  untuk   melahirkan   sesuatu   yang baru maupun mengembangkan hal-hal  yang  sudah ad  untuk memberi sejumlah pengetahuan kepada anak didik di sekolah.

2.6.2 Ciri-ciri Kreativitas
Untuk   disebut   sebagai   seorang   yang   kreatif,   maka   perlu   diketahui   tentang   ciri-ciri atau karakteristik orang yang kreatif. Berikut ini dikemukakan beberapa pendapat orang ahli tentang ciri-ciri orang yang kreatif.  Menurut  Utami Munandar dalam Reni Akbar Hawadi dkk. (2001:5-10) menjabarkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif sebagai berikut:
a. Ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif (Aptitude)
 1).  Keterampilan      berpikir   lancar  yaitu 
(a) mencetuska banyak gagasan, jawaban, penyelesaian masalah atau pertanyaan,
(b)  memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal,
(c)  selalu memikirkan lebih dari satu jawaban.
 2).  Keterampilan berpikir luwes (Fleksibel) yaitu
(a) menghasilkan gagasan,  jawaban atau pertanyaan yang bervariasi,
(b) dapat melihat suatu masalah  dari sudut pandang yang berbeda-beda,
(c) mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda,
d) mampu mengubah cara pendekatan atau cara pemikiran.
 3)  Keterampilan   berpikir  rasional   yaitu 
 (a)   mampu   melahirkan   ungkapan   yang     baru   dan   unik,   
 (b)  memikirkan      cara   yang   tidak   lazim   untuk mengungkapkan          diri, 
(c)  mampu  membuat  kombinasi-kombinasi    yang  tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.      
4)  Keterampilan   memperinci  atau  mengelaborasi  yaitu  
(a)   mampu  memperkaya   dan   mengembangkan  suatu   gagasan    atau    produk,  
(b)  menambahkan atau memperinci detil-detil dari suatu objek, gagasan atau situasi sehingga lebih menarik.
 5)  Keterampilan       menilai   (mengevaluasi)     yaitu  
(a)  menentukan      patokan  penilaian   sendiri   dan   menentukan   apakah   suatu   pertanyaan   benar,   suatu rencana     sehat,  atau  suatu   tindakan   bijaksana, 
 (b)  mampu     mengambil keputusan   terhadap   situasi   yang   terbuka,  
(c)   tidak   hanya   mencetuskan   gagasan, tetapi juga melaksanakannya.

b.Ciri-ciri Afektif (Non-aptitude)
   1)  Rasa ingin tahu yaitu
(a)   selalu terdorong untuk mengetahui lebih banyak,
(b)   mengajukan      banyak    pertanyaan,
(c)   selalu  memperhatikan       orang,  objek      dan    situasi, 
(d)   peka     dalam     pengamatan       dan     ingin  mengetahui/meneliti.
 2)   Bersifat  imajinatif  yaitu
  (a mampu memperagakan atau membayangkan  hal-hal yang  belum pernah    terjadi,
            (b)  menggunakan   khayalan  dan kenyataan.
3)   Merasa     tertantang   oleh  kemajuan  yaitu   
(a)  terdorong   untuk   mengatasi masalah yang sulit,
(b) merasa tertantang oleh situasi-situasi yang rumit,
 (c) lebih tertarik pada tugas-tugas yang sulit.
  4)   Sifat   berani   mengambil     resiko   yaitu
(a)   berani   memberikan     jawaban  meskipun belum tentu benar,
(b)   tidak takut gagal atau mendapat kritik,                                                                           
(c)  tidak  menjadi    ragu-ragu   karena  ketidakjelasan,   hal-hal  yang   tidak  konvensional, atau yang kurang berstruktur.
5)   Sifat menghargai yaitu
(a) dapat menghargai bimbingan dan pengarahan  dalam   hidup,
(b) menghargai   kemampuan   dan   bakat-bakat   sendiri   yang  sedang berkembang.
Sedangkan       menurut    pendapat     Sund   dalam     Slameto     (2003:147-148) menyatakan bahwa individu   dengan   potensi   kreatif  dapat   dikenal   melalui  pengamatan ciri-ciri sebagai berikut:
a.  Hasrat keingintahuan yang cukup besar;
b.  Besikap terbuka terhadap pengalaman baru;
c.  Panjang akal;
d.  Keinginan untuk menemukan dan meneliti;
e.  Cenderung lebih menyukai tugas yang berat dan sulit;
f.  Cenderung mencari jawaban yang luas dan memuaskan;
g.  Memiliki dedikasi bergairah serta aktif dalam melaksanakan tugas;
h.  Berpikir fleksibel ;
i.  Menanggapi   pertanyaan   yang   diajukan   serta   cenderung   memberi   jawaban  lebih banyak;
j.  Kemampuan membuat analisis dan sitesis;
k.  Memiliki semangat bertanya serta meneliti;
l.  Memiliki daya abstraksi yang cukup baik;
m. Memililki latar belakang membaca yang cukup luas.                                                                                              
Menurut  Sidneu   Parnes, Ruth Noller,   M.O. Edwards  dalam    Reni   Akbar  Hawadi      dkk.   (2001:42)    mengemukakan         tentang   teknik    pemecahan      masalah  secara   kreatif   melalui   5   (lima)  tahap yaitu   :   pertama,   menemukan   fakta   (fact finding )    dalam     tahapan    ini   diajukan    pertanyaan-pertanyaan         faktual,   yang  menanyakan tentang apa yang terjadi dan yang ada sekarang atau di masa lalu.  Pertanyaan-pertanyaan   tersebut   dikelompokkan   kedalam   dua fase ,   yaitu fase  divergen   dimana   pertanyaan-pertanyaan   ditulis   berdasarkan   apa   yang   muncul  dari pikiran kita dengan tidak mempersoalkan apakah pertanyaan tersebut bisa  memperoleh data yang relevan atau tidak. Fase konvergen, dimana pertanyaan-  pertanyaan faktual       diseleksi   mana   yang   penting   dan   relevan   dan   selanjutnya  dicari   jawaban      yang   paling    tepat.   Kedua,    menemukan        masalah     (problem finding )    dalam    tahap   ini  diajukan    banyak   kemungkinan        pertanyaan     kreatif. Pertanyaan-pertanyaan          tersebut   diangkat     dalam     penemuan       fakta.   Ketiga, menemukan gagasan (idea finding) dalam tahap ini diinginkan untuk diperoleh  alternatif   jawaban     sebanyak    mungkin      untuk   pemecahan      masalah    yang    telah  ditentukan   dalam   tahap   sebelumnya   yaitu        mengumpulkan        alternatif   jawaban sebanyak-banyaknya dan menyeleksi jawaban atau gagasan yang paling relevan  dan tepat untuk memecahkan masalah. Keempat, menemukan jawaban (solution finding )   dalam   tahap   ini   disusun   kriteria,   tolok   ukur,   atau   persyaratan   untuk  menentukan        jawaban.     Melalui     pemikiran     divergen,      tolak    ukur    disusun  berdasarkan   antisipasi   terhadap   semua  kemungkinan   yang   bakal   terjadi   baik  yang bersifat positif maupun negativ sekiranya salah satu gagasan dipakai dalam                                                                                            pemecahan   masalah.   Sedangkan   berpikir  konvergen,   alternatif   jawaban   yang ditemukan berdasarkan tolak ukur yang telah disusun diseleksi mana yang lebih tepat dan relevan atau berisiko paling rendah apabila diangkat sebagai jawaban yang akan dipakai untuk memecahkan masalah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang kreatif mempunyai suatu   motivasi   yang   tinggi   dalam   mengenal   masalah-masalah   yang   bernilai. Mereka dapat memusatkan perhatiannya pada suatu masalah secara alamiah dan mengkaitkannya        baik   secara    sadar   atau   tidak,  untuk    memecahkannya. Ia menerima       ide   yang    baru,   yang    muncul     dari  dirinya    sendiri   atau   yang dikemukakan oleh orang lain. Kemudian ia mengkombinasikan pikirannya yang matang dengan intuisinya secara selektif, sebagai dasar pemecahan yang baik. Ia secara energik menterjemahkan idenya melalui tindakan dan mengakibatkan hasil pemecahan masalah yang sangat berguna.  Ciri-ciri   perilaku    yang    ditemukan    pada    orang-orang      yang   memberikan  sumbangan       kreatif   yang   menonjol     terhadap    masyarakat     dikemukakan       oleh Munandar   (1999:   36)   sebagai   berikut: 
(1)   Berani   dalam   pendirian/keyakinan;
(2)   Ingin   tahu;
(3)   Mandiri    dalam    berpikir    dan   mempertimbangkan;  
(4)  Menyibukkan   diri   terus   menerus   dengan   kerjanya;  
(5)   Intuitif; 
(6)   Ulet;  
(7) Tidak bersedia menerima pendapat dan otoritas begitu saja.
 Berbagai   macam   karakteristik   diatas   jarang   sekali   tampak   pada   seseorang secara   keseluruhan,   akan   tetapi   orang-orang   yang   kreatif   akan   lebih   banyak memiliki ciri-ciri tersebut. Dari berbagai karakteristik orang yang kreatif dapat  disimpulkan   bahwa   guru   yang   kreatif   cirinya   adalah   :   punya   rasa   ingin   tahu  yang  dimanfaatkan   semaksimal   mungkin,      mau    bekerja     keras,  berani,  kemampuan   intelektualnya  dimanfaatkan  semaksimal  mungkin,  mandiri, dinamis,   penuh   inovasi, gagasan   dan   daya  cipta,   bersedia   menerima   informasi,  menghubungkan ide dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, cenderung menampilkan berbagai alternatif terhadap subyek tertentu.

2.6.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas
 Berdasarkan  uraian diatas  dapat dikatakan  bahwa  kreativitas  dapat ditumbuhkembangkan melalui   suatu   proses  yang   terdiri   dari   beberapa   faktor  yang dapat mempengaruhinya. Menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1991:189-190) kreativitas secara  umum  dipengaruhi    kemunculannya       oleh   adanya   berbagai    kemampuan      yang  dimiliki,   sikap   dan   minat   yang   positif   dan   tinggi   terhadap   bidang   pekerjaan yang   ditekuni,   serta   kecakapan   melaksanakan       tugas-tugas.  Tumbuhnya  kreativitas di kalangan guru dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya:
a. Iklim kerja yang memungkinkan para guru meningkatkan pengetahuan dan kecakapan dalam melaksanakan tugas
b.  Kerja sama      yang   cukup    baik  antara  berbagai    personel    pendidikan    dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi
c. Pemberian penghargaan dan dorongan semangat terhadap setiap upaya yang bersifat positif bagi para guru untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.                                                                                                 
 d. Perbedaan      status   yang    tidak  terlalu   tajam   di  antara   personel    sekolah sehingga     memungkinkan        terjalinnya    hubungan      manusiawi     yang    lebih  harmonis.
 e. Pemberian      kepercayaan      kepada   para   guru   untuk   meningkatkan      diri  dan  mempertunjukkan karya dan gagasan kreatifnya.
 f. Menimpakan         kewenangan      yang    cukup    besar   kepada    para   guru   dalam  melaksanakan   tugas   dan   memecahkan   permasalahan   yang   dihadapi   dalam pelaksanaan tugas
 g. Pemberian kesempatan   kepada    para   guru    untuk   ambil    bagian    dalam  merumuskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang   merupakan  bagian dalam  merumuskan  kebijakan-kebijakan yang berkaitandengan   kegiatan  pendidikan di sekolah yang bersangkutan, khususnya yang berkaitan dengan  peningkatan hasil belajar.

2.6.4 Kreativitas guru dalam proses belajar mengajar

          Mengajar adalah suatu perbuatan yang kompleks, disebut kompleks karena dituntut dari guru kemampuan personil, profesional, dan sosial kultural secara terpadu   dalam   proses   belajar   mengajar.   Dikatakan   kompleks   karena   dituntut   dari   guru   tersebut   integrasi   penguasaan   materi   dan  metode,   teori   dan   praktek  dalam interaksi siswa. Dikatakan kompleks karena sekaligus mengandung unsur  seni,    ilmu,  teknologi,    pilihan   nilai  dan  keterampilan     dalam    proses   belajar mengajar.                                                                                            
 Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru tidak hanya   berperan   untuk   memberikan   informasi   terhadap   siswa,   tetapi   lebih   jauh guru   dapat   berperan   sebagai  perencana,   pengatur   dan   pendorong   siswa   agar dapat    belajar  secara   efektif  dan   peran  berikutnya     adalah  mengevaluasi      dari keseluruhan       proses    belajar   mengajar.     Jadi    dalam    situasi   dan    kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi karena guru yang baik harus mampu berperan sebagai planner, organisator, motivator dan evaluator.  Dari   uraian   diatas   jelas   bahwa   dalam   proses   belajar   mengajar   diperlukan guru-guru   yang profesional       dan   paling   tidak   memiliki   tiga   kemampuan   yaitu kemampuan   membantu   siswa   belajar   efektif   sehingga   mampu   mencapai   hasil yang   optimal,   kemampuan   menjadi   penghubung   kebudayaan   masyarakat   yang aktif dan kreatif serta fungsional dan pada akhirnya harus memiliki kemampuan menjadi     pendorong     pengembangan       organisasi    sekolah    dan  profesi.   Dengan kemampuan ini diharapkan guru lebih kreatif dalam proses belajar mengajarnya.
Ada   beberapa   syarat   untuk   menjadi  guru   yang   kreatif   sebagaimana   yang dikemukakan oleh munandar (1985:67) yaitu
 1. profesional,    yaitu   sudah    berpengalaman       mengajar,    menguasai      berbagai  teknik   dan   model   belajar   mengajar,   bijaksana   dan   kreatif   mencari   berbagai  cara,   mempunyai   kemampuan   mengelola kegiatan   belajar   secara   individual  dan   kelompok,   disamping   secara   klasikal,   mengutamakan   standar   prestasi  yang tinggi dalam setiap kesempatan, menguasai berbagai teknik dan model penelitian.
 2. memiliki   kepribadian,   antara   lain   :   bersikap   terbuka   terhadap   hal-hal   baru, peka     terhadap    perkembangan       anak,   mempunyai        pertimbangan      luas   dan dalam,   penuh   perhatian,  mempunyai   sifat   toleransi,   mempunyai   kreativitas  yang tinggi, bersikap ingin tahu.
3. menjalin hubungan sosial, antara lain : suka dan pandai bergaul dengan anak  berbakat   dengan   segala   keresahannya  dan   memahami   anak   tersebut,   dapat  menyesuaikan diri, mudah bergaul   dan   mampu   memahami    dengan    cepat   tingkah laku orang lain. Apabil syarat   diatas   terpenuhi   maka   sangatlah   mungkin  ia  akan   menjadi guru yang kreatif, sehingga mampu mendorong siswa belajar secara aktif dalam proses belajar mengajar. Menurut Budi  Purwanto      (2004:36-41) tahapan dalam kegiatan belajar mengaja  pada dasarnya  mencakup      perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada kreativitas guru dalam proses belajar mengajar mencakup cara guru dalam merencanakan   PBM,   cara   guru   dalam  pelaksanaan   PBM   dan   cara   guru  dalam mengadakan evaluasi.
 1.    Cara guru dalam merencanakan proses belajar mengajar
Seorang guru didalam merencanakan proses belajar mengajar diharapkan  mampu berkreasi dalam hal:                                                                                 
a.  Merumuskan       tujuan  pembelajaran     atau  tujuan  instruksional   dengan  baik   dalam   perencanaan   proses   belajar   mengajar,   perumusan   tujuan  pembelajaran     merupakan     unsur   terpenting,  sehingga    perlu  dituntut  kreativitas   guru   dalam   menentukan      tujuan-tujuan   yang   dipandang   memiliki     tingkatan   yang    lebih   tinggi.  Dibidang kognitif   siswa   diharapkan    mampu     memahami      secara   analisa,  sintesa,  dan  mampu  mengadakan   evaluasi   tidak   hanya  sekedar ingatan atau pemahaman saja. Disamping itu diharapkan dapat mengembangkan berpikir kritis  yang akhirnya digunakan untuk mengembangkan kreativitas.
b.  Memilih   buku   pendamping   bagi   siswa   selain   buku   paket   yang   ada  yang benar-benar berkualitas dalam menunjang materi pelajaran sesuai  kurikulum   yang   berlaku.   Untuk   menentukan   buku-buku   pendamping   diluar   buku   paket   yang   diperuntukkan    siswa   menuntut kreativitas tersendiri yang tidak sekedar  berorientasi  kepada    banyaknya  buku  yang harus dimiliki   siswa, melainkan  buku  yang   digunakan   benar-  benar    mempunyai       bobot    materi   yang     menunjang pencapaian kurikulum bahkan   mampu     mengembangkan        wawasan  bagi   siswa dimasa datang.
c.  Memilih metode  mengajar   yang    baik  yang    selalu  menyesuaikan  dengan materi pelajaran maupun kondisi siswa yang ada. Metode yang   digunakan guru dalam mengajar akan berpengaruh terhadap lancarnya  proses   belajar   mengajar,   dan   menentukan   tercapainya tujuan dengan baik. Untuk  itu  diusahakan   dalam   memilih    metode    yang   menuntut kreativitas  pengembangannalar   siswa   dan   membangkitkan   semangat siswa   dalam   belajar.   Suatu   misal   penggunaan  metode   diskusi   akan  lebih efektif dibanding dengan menggunakan metode ceramah, karena  siswa    akan   dituntut   lebih  aktif dalam     pelaksanaan    proses   belajar mengajar nantinya.
d.  Menciptakan   media   atau   alat   peraga   yang   sesuai   dan   menarik   minat  siswa.    Penggunaan     alat   peraga    atau    media    pendidikan    akan  memperlancar   tercapainya    tujuan   pembelajaran.  Guru  diusahakan untuk selalu kreatif dalam menciptakan media pembelajaran sehingga   akan   lebih   menarik   perhatian   siswa   dalam   mengikuti   proses   belajar  mengajar.  Penggunaan   media/alat     peraga    yang    menarik   akan  membangkitkan motivasi   belajar   siswa.   Diusahakan     seorang  guru  mampu menciptakan alat   peraga    sendiri   yang    lebih    menarik dibandingkan dengan    alat  peraga   yang   dibeli  dari  toko   walaupun  bentuknya lebih sederhana.

2.   Cara guru dalam pelaksanaan proses belajar mengajar
Unsur-unsur yang ada dalam pelaksanaan proses belajar mengajar adalah bagaimana seorang guru dituntut kreasinya dalam mengadakan persepsi. Persepsi   yang   baik   akan   membawa   siswa   memasuki   materi   pokok   atau inti   pembelajaran    dengan    lancar  dan   jelas.  Dalam   pelaksanaan     proses  belajar     mengajar,    bahasan     yang    akan    diajarkan    dibahas     dengan  bermacam-macam metode dan teknik mengajar. Guru yang kreatif akan memprioritaskan   metode   dan   teknik   yang   mendukung   berkembangnya kreativitas. Dalam hal ini pula, keterampilan bertanya sangat memegang peranan     penting.   Guru   yang   kreatif  akan   mengutamakan       pertanyaan divergen, pertanyaan ini akan membawa para siswa dalam suasana belajar aktif.   Dalam   hal   ini   guru   harus   memperhatikan   cara-cara   mengajarkan kreativitas seperti tidak langsung memberikan penilaian terhadap jawaban siswa.    Jadi  guru   melakukan     teknik  ”brainstorming”.  Diskusi   dalam belajar    kecil   memegang       peranan     didalam    mengembangkan sikap kerjasama   dan   kemampuan   menganalisa   jawaban-jawaban   siswa   setelah dikelompokkan   dapat   merupakan   beberapa   hipotesa   terhadap   masalah.
Selanjutnya     guru   boleh   menggugah     inisiatif  siswa   untuk    melakukan eksperimen. Dalam hal ini ide-ide dari para siswa tetap dihargai meskipun idenya itu tidak tepat. Yang penting setiap anak diberi keberanian untuk mengemukakan pendapatnya, termasuk   didalam     hal    ini    daya imajinasinya.  Seandainya  tidak  ada sa tupun  cara   yang   sesuai   atau memadai       yang   dikemukakan  oleh  para  siswa,    maka    guru   oleh membimbing    cara-cara   melaksanakan eksperimennya. Tentu saja  guru tersebut harus menguasai      seluruh langkah-langkah pelaksanannya. Dianjurkan supaya guru     mengutamakan metode penemuan.
Pendayagunaan alat-alat  sederhana  atau  barang   bekas   dalam   kegiatan belajar mengajar sangat dianjurkan ,guru  yang  kreatif   akan melakukannya,  ia   dapat   memodivikasi  atau   menciptakan   alat   sederhana  untuk keperluan belajar mengajar, sehingga pada prinsipnya guru dalam pelaksanaan      proses    belajar  mengajar     dituntut   kreativitasnya    dalam  mengadakan  apersepsi,   penggunaan     teknik   dan   metode    pembelajaran  sampai pada pemberian teknik bertanya kepada siswa, agar pelaksanakan proses belajar mengajar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

3.   Cara guru dalam mengadakan evaluasi
             Proses   belajar   mengajar   senantiasa   disertai   oleh   pelaksanaan   evaluasi. Namun demikian, didalam kegiatan belajar mengajar seorang guru yang  kreatif    tidak  akan    cepat   memberi    penilaian    terhadap    ide-ide   atau  pertanyaan     dan  jawaban    anak   didiknya   meskipun     kelihatan  aneh   atau  tidak biasa. Hal ini sangat penting  di dalam pelaksanaan diskusi. Kalau dikatakan     bahwa    untuk   mengembangkan      kreativitas,   maka    salah  satu  caranya     adalah   dengan   menggunakan       keterampilan    proses   dalam   arti  pengembangan        dan    penguasaan     konsep    melalui  bagaimana     belajar konsep,     maka    dengan     sendirinya   evaluasi    harus   ditujukan    kepada     keterampilan proses yang dicapai siswa disamping evaluasi kemampuan  penguasaan       materi    pelajaran.    Adapun      kecenderungan   melakukan  penilaian   hanya   menggunakan   tes   pilihan   berganda,   ataupun   pertanyaan yang    hanya   menuntut    satu  jawaban    benar,   merupakan     tantangan   atau  hambatan      bagi    pengembangan,       sehingga    perlu   kiranya    diperlukan
penilaian    seperti   yang   dikembangkan       dalam    pelaksanaan    kurikulum  berbasis kompetensi yaitu penilaian dengan portofolio, dimana mencakup  penilaian   dari   segi   kognitif,   penilaian   yang   menyangkut   perilaku   siswa (afektif),   dan  penilaian   yang   menyangkut      keterampilan     motorik   siswa  (psikomotorik),      sehingga    guru   mempunyai       perangkat    penilaian   yang    lengkap     dari  masing-masing       siswa   yang   nantinya    akan    berbarengan dalam penentuan akhir dari keberhasilan siswa tersebut.

2.7 Tinjauan Fasilitas Belajar
2.7.1 Pengertian Fasilitas Belajar
Fasilitas adalah sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana sendiri adalah:
Sarana   belajar   meliputi   semua   peralatan   serta   perlengkapan   yang   langsung  digunakan      dalam    pendidikan    disekolah    misalnya    gedung     sekolah,   ruangan, meja,   kursi,   alat   peraga   dan   lain-lain.   Sedangkan   prasarana   merupakan   semua  komponen        yang   secara   tidak   lansung    menunjang      jalannya    proses   belajar  mengajar serta pendidikan sekolah, misalnya jalan menuju ke sekolah, halaman  sekolah, tata tertib dan lain-lain. Proses belajar mengajar akan semakin sukses  jika   ditunjang   dengan   adanya   fasililtas  belajar   atau   yang   disebut   sarana   dan prasarana pendidikan. Menurut Djamarah (1995:92) fasilitas belajar merupakan  kelengkapan   yang   menunjang   belajar   anak   didik   di   sekolah.   Dengan   adanya  fasilitas belajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Tim Penyusun  Pedoman Pembakuan Media Pendidikan Depdikbud dalam Arikunto (1988:23),  yang dimaksud dengan: “Sarana   pendidikan   adalah   semua   fasilitas   yang   diperlukan   dalam   proses   belajar   mengajar   yang   bergerak   maupun   yang   tidak   bergerak   agar   pencapaian  tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien”. 
 Sedangkan       Aswarni     Sudjud,    Tatang   M.    Amirin    &    Sutiman    (1988:70)  mengemukakan bahwa : Sarana pendidikan lazim dimaksudkan sebagai fasilitas fisik yang langsung  mendukung proses pendidikan (alat pelajaran, alat peraga, media pendidikan, pendapat lain memasukkan meja, kursi belajar, papan tulis dan gedung). Prasarana pendidikan dimaksudkan sebagai fasilitas fisik yang tidak langsung  mendukung proses belajar mengajar (proses pendidikan) yakni: gedung/ruang  belajar, meubeler, jalan menuju sekolah, asrama, kantin dan sebagainya.

2.7.2 Ruang Lingkup Fasilitas Belajar

Fasilitas   belajar   merupakan   salah  satu   faktor  yang    mempengaruhi       hasil belajar siswa, jelaslah bila dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil jika ditunjang    dengan    fasilitas  yang   memadai      dan  dalam   hal   ini  akan   diuraikan  mengenai ruang lingkup fasilitas belajar. Ditinjau   dari   fungsi   dan   peranannya   terhadap   pelaksanaan   proses   belajar  mengajar,   Arikunto   (1987:10)   mengemukakan   bahwa   sarana   pendidikan   atau  sarana   materil   dibedakan   menjadi   3   macam   yaitu   :  
1)   Alat   Pelajaran
2)   Alat   Peraga
3)  Media Pengajaran.
Berdasarkan  pendapat   diatas   dapat   diketahui   bahwa   fasilitas   belajar   adalah semua     peralatan   dan   perlengkapan     yang    secara   langsung     digunakan     dalam  proses belajar mengajar yang terdiri dari  alat pelajaran, alat peraga dan media pengajaran/media pendidikan.
  1)  Alat    pelajaran    adalah   benda   yang   dipergunakan      langsung     dalam   proses  belajar    mengajar     baik   itu  oleh  guru   maupun     siswa.   Menurut     Arikunto  (1987:11-12)      alat  pelajaran   di  sekolah   dibagi   menjadi     beberapa    bentuk  antara lain:                                                                                           
(a) Buku-buku termasuk didalamnya buku-buku yang ada   diperpustakaan,       buku-buku       dikelas    baik   itu   sebagai    buku  pegangan untuk guru maupun buku pelajaran untuk siswa
 (b)  Alat-alat   peraga   digunakan   oleh  guru   pada   saat   mengajar,   baik  yang   sifatnya   tahan   lama   dan  disimpan   disekolah   maupun   yang   diadakan seketika oleh guru pada jam pelajaran
 (c) Alat-alat praktek, baik itu yang ada dilaboratorium, bengkel kerja,  ataupun       ruang-ruang       praktek    (kearsipan,  mengetik,  dan   sebagainya)
(d)  Alat   tulis   menulis,   seperti   papan   tulis,   penghapus,   kapur, kayu  penggaris, dan sebagainya
 2) Alat peraga adalah segala sesuatu yang dipergunakan oleh guru untuk  memperagakan   atau   memperjelas      pelayanan”.    (Arikunto,1987:13). Adapun      menurut    Anwar    Yastin    Med   (1987:13),    yang   dikutip   oleh
Arikunto (1987:13) bahwa :  “Alat   peraga   adalah   alat   pembantu   pendidikan   dan  pengajaran,   dapat berupa   perbuatan-perbuatan/benda-benda yang    mudah    memberikan  pengertian    kepada  anak   didik   berturut-turut    dari   perbuatan    yang  abstrak sampai kepada benda yang sangat konkret”.
3)  Media pengajaran/pendidikan
 Menurut   Arikunto   (1987:14)   “media   pengajaran   adalah   suatu   sarana   yang digunakan untuk menampilkan pelajaran”. Sedangkan       menurut    Umar    Suwito    (1978:13)     bahwa    “media    pendidikan adalah    sarana    pendidikan    yang digunakan sebagai perantara dalam proses  belajar    mengajar    untuk    lebih  mempertinggi      efektivitas   dan   efisiensi   dalam mencapai tujuan pendidikan”.  Menurut   The   Liang   Gie,   (2002:33)     dalam   bukunya   yang   berjudul   “Cara Belajar   Yang   Efisien”   mengatakan   bahwa   untuk   belajar   yang   baik   hendaknya tersedia    fasilitas  belajar  yang    memadai     antara   lain  tempat/ruangan      belajar, penerangan       yang   cukup,    buku-buku      pegangan     dan   kelengkapan      peralatan praktek.

a.   Tempat atau ruang belajar
            Salah   satu   syarat   untuk   dapat   belajar   dengan   sebaik-baiknya   ialah tersedianya   tempat   atau   ruang   belajar.   Tempat/ruang   belajar   inilah   yang  digunakan oleh siswa untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Dengan  tempat/ruang belajar yang memadai dan nyaman untuk belajar maka siswa  akan memperolah hasil belajar yang baik.
b.   Penerangan
            Penerangan yang terbaik ialah sinar matahari karena warnanya putih  dan   sangat   intensif.   Namun   apabila   cuaca   tidak   baik   pihak   sekolah   juga harus   menyediakan   penerangan   sehingga   tidak   akan   mengganggu   proses belajar mengajar dikelas.
c.   Buku-buku pegangan
 Syarat   yang   lain   dalam   kegiatan   belajar   mengajar   yaitu   buku-buku pegangan.   Buku-buku   pegangan   yang   dimaksud   disini   adalah   buku-buku pelajaran yang dapat menunjang pemahaman siswa dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru.
d.   Kelengkapan peralatan praktek                                                                                                 
            Selain    buku-buku     pegangan,    peralatan   praktek    juga  penting   untuk  menunjang       kegiatan    belajar   mengajar.     Belajar   tidak   dapat   dilakukan  peralatan praktek yang lengkap.  Menurut   Tu’u   (2004:84)   faktor   sarana   sekolah   yang   dapat   mempengaruhi  hasil belajar siswa seperti gedung, ruangan, penerangan, meja kursi, buku-buku,   alat-alat   praktek   dan   sebagainya.   Dengan   sarana   sekolah   yang   memadai   akan  membantu pencapaian hasil belajar yang baik pula.  Dengan demikian indikator fasilitas belajar dalam penelitian ini mengingat  fasilitas   yang   dimaksud     disini   adalah  fasilitas  yang    disediakan    oleh   pihak  sekolah      guna    menunjang      proses    belajar   mengajar     yang    nantinya    akan  berpengaruh terhadap hasil belajar siswa adalah :
 a. Tempat/ruang belajar
 b. Penerangan
 c. Buku-buku pegangan
d. Kelengkapan peralatan praktek

2.4 Kerangka Berpikir

          Hakikat      hasil  belajar   adalah    hasil  interaksi   antara   faktor-faktor    yang  mempengaruhi hasil belajar. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar  siswa adalah kreativitas guru dalam proses belajar mengajar. Secara garis besar  yang   menjadi   inidikator   dari   faktor  kreativitas   guru   adalah   cara   guru   dalam  merencanakan   proses   belajar   mengajar   (PBM),   cara   guru   dalam   pelaksanaan  PBM, dan cara guru dalam mengevaluasi PBM.
          Di samping faktor kreativitas guru dalam proses belajar mengajar, fasilitas belajar . Dengan  adanya  fasilitas  belajar  yang   memadai  akan menunjang      proses   belajar  mengajar    yang  nantinya   akan   meningkatkan   hasil belajar    siswa.  Adapun  yang   menjadi    indikator   dari  fasilitas  belajar  adalah tempat atau ruang belajar, penerangan, buku-buku pegangan, dan kelengkapan peralatan praktek.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Ciri-ciri seorang guru profesional
            Ada beberapa ciri-ciri guru profesional antara lain
1. Selalu punya energi untuk siswanya
Seorang guru yang baik menaruh perhatian pada siswa di setiap percakapan atau diskusi dengan mereka. Guru yang baik juga punya kemampuam mendengar dengan seksama.

2. Punya tujuan jelas untuk Pelajaran
Seorang guru yang baik menetapkan tujuan yang jelas untuk setiap pelajaran dan bekerja untuk memenuhi tujuan tertentu dalam setiap kelas.

3. Punya keterampilan mendisiplinkan yang efektif
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan disiplin yang efektif sehingga bisa  mempromosikan perubahan perilaku positif di dalam kelas.

4. Punya keterampilan manajemen kelas yang baik
Seorang guru yang baik memiliki keterampilan manajemen kelas yang baik dan dapat memastikan perilaku siswa yang baik, saat siswa belajar dan bekerja sama secara efektif,  membiasakan menanamkan rasa hormat kepada seluruh komponen didalam kelas.

5. Bisa berkomunikasi dengan Baik Orang Tua
Seorang guru yang baik menjaga komunikasi terbuka dengan orang tua dan membuat mereka selalu update informasi tentang apa yang sedang terjadi di dalam kelas dalam hal kurikulum, disiplin, dan isu lainnya. Mereka membuat diri mereka selalu bersedia memenuhi  panggilan telepon, rapat, email dan sekarang, twitter.

6. Punya harapan yang tinggi pada siswa nya
Seorang guru yang baik memiliki harapan yang tinggi dari siswa dan mendorong semua siswa dikelasnya untuk selalu bekerja dan mengerahkan potensi terbaik mereka.

7. Pengetahuan tentang Kurikulum
Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan mendalam tentang kurikulum sekolah dan standar-standar lainnya. Mereka dengan sekuat tenaga  memastikan pengajaran mereka memenuhi standar-standar itu.

8. Pengetahuan tentang subyek yang diajarkan
Hal ini mungkin sudah jelas, tetapi kadang-kadang diabaikan. Seorang guru yang baik memiliki pengetahuan yang luar biasa dan antusiasme untuk subyek yang mereka ajarkan. Mereka siap untuk menjawab pertanyaan dan menyimpan bahan menarik bagi para siswa, bahkan bekerja sama dengan bidang studi lain demi pembelajaran yang kolaboratif.

9. Selalu memberikan yang terbaik  untuk Anak-anak dan proses Pengajaran
Seorang guru yang baik bergairah mengajar dan bekerja dengan anak-anak. Mereka gembira bisa mempengaruhi siswa dalam kehidupan  mereka dan memahami dampak atau pengaruh yang mereka miliki dalam kehidupan siswanya, sekarang dan nanti ketika siswanya sudah beranjak dewasa.

10. Punya hubungan yang berkualitas dengan Siswa
Seorang guru yang baik mengembangkan hubungan yang kuat dan saling hormat menghormati dengan siswa dan membangun hubungan yang dapat dipercaya.

3.2 Konsef Diri , Sikap dan Tipe-tipe Guru
3.2.1 Konsef Diri
Konsep diri (KD) adalah sesuatu yang dijadikan pegangan hidup seseorang, bisa jadi konsepnya itu berbentuk motto hidup atau mengidolakan seseorang, tentunya kita sebagai umat islam seharusnya mengidolakan sosok rasulullah sebagai uswatun hasanah. Bagi seorang guru, kita harus dapat membangun KD yang positif, karena bila yang muncul dikemudian hari malah KD Negatif, maka ini akan berimbas pada diri si guru dan anak didiknya.
Menurut Clara R.Pudji Jogyanti (1988) individu yang memiliki KD negatif akan menunjukkan kecemasan yang tinggi, perasa, menolak diri, merasa tak berharga dan sulit berhubungan dengan orang lain. Seorang individu yang mempunyai KD negatif , secara umum menunjukkan penyesuaian emosi dan sosial yang buruk. Hal ini menimbukan asumsi bahwa cukup masuk akal apabila seorang guru memiliki KD negatif akan mengalami kesulitan emosi dan sosial dalam melaksanakan pengajaran.
Untuk membuat KD kita menjadi positif, pada awalnya kita ingat bahwa
Allah SWT dalam surah attin: “Sesungguhnya kami Telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. jadi kita adalah mahluk yang sangat sempurna. Tetapi penciptaan Allah ini masih berupa potensi, ibarat suatu barang yang belum diolah menjadi sesuatu yang lebih ekonomis dan bermanfaat, maka acapkali potensi kita tidak tergali dengan baik. Untuk memiliki sikap yang baik dihadapan anak didiknya, seorang guru perlu mengembangkan 3 potensi dirinya, yaitu :
1.    Mental (ruhiyah)
Menjadi seorang guru harus senantiasa disertai dengan komitmen yang tinggi, perlu diingat setiap perbuatan tergantung pada niatnya, begitu pula dalam mendidik, kita harus selalu ikhlas.

2.    Akal (aqliyah)
Mencari ilmu itu kewajiban bagi setiap orang muslim
Belajar itu mulai dari buaian ibumu, hingga ke liang lahat.
Jadi seorang guru harus berparadigma pembelajaran dan terus menigkatkan diri.
3.    Fisik (jasadiyah
3.2.2 Sikap
Sikap merupakan sesuatu yang menampilkan karakter unik dan kecenderungan kepribadian seseorang. Untuk mengetahui sikap seseorang, bisa diibaratkan pada sebuah teko. teko hanya mengeluarkan isi teko itu, bila isinya air teh maka yang keluar air teh, lain lagi kalau yang di dalam teko berisi kopi, tentunya yang keluar adalah kopi.
Jadi sikap seseorang bisa dilihat dari kata-katanya, bila kata-katanya kasar biasanya sikapnya juga kasar, sebaliknya bila kata-katanya sopan biasanya sikapnya juga sopan. Sikap seorang guru dalam mendidik ternyata sangat memberi pengaruh dalam sukses atau tidaknya pembelajaran, perlu diingat disini sukses bukanlah tujuan, succes is just not a destination, tetapi sukses adalah sebuah proses sampai kita masuk ke syurga ALLAH SWT. Guru yang sukses adalah guru yang pembelajarannya hari ini lebih baik dari kemarin.

3.2.3Tipe – tipe Guru
Ada empat tipe sikap dari seorang guru, yaitu :
A.  Guru yang apa adanya
Guru yang apa adanya, ia tidak mau keluar dari keterpurukan, sebagai contoh pada diri seorang guru, ia berpendapat bahwa saya tidak mungkin menjadi guru yang sukses, yang diidolakan siswanya. Ia lebih memilih tetap pada kondisi dimana ia masih terpuruk dalam pemikiran yang sempit.
B.  Guru yang ada ada saja
Guru yang ada ada saja, ia tahu harus menggunakan metode yang terkini untuk memaksimalkan potensi siswanya, tetapi ia malah menggunakan metode lama yang tidak lagi layak dijadikan acuan.
C.  Guru yang mengada-ada
Tipe seperti ini, guru tersebut sudah tau ia memiliki potensi yang luar biasa, yang bisa mengantarkannya pada tataran kehidupan yang ‘layak’, tapi ia tidak mau meraihnya, ia malah menjauhi keyakinan bahwa ia berpotensi melejitkan multiple inteligence nya.

D.  Guru yang lebih dari adanya
Guru yang lebih dari adanya ini memiliki dua ciri,yaitu :
a.    Kedatangannya dinanti siswanya
Banyak fakta dilapangan betapa seorang guru yang tidak datang disambut gembira oleh siswanya, menyedihkan memang.
b.    Kalau dia pergi orang merasa kehilangan
Rasulullah adalah salah satu contohnya, para sahabat tidak percaya dan sangat merasa kehilangan ketika rasulullah telah meninggalkan mereka selama-lamanya. Seorang gurupun harusnya begitu, ia memberi guratan makna bahwa ia pernah ada di dunia ini, caranya tentu mengajar dengan profesional yang salah satunya memerlukan sikap yang positif ,konstruktif dan solutif.

3.3 Pengaruh kreatifitas guru profesional dalam proses belajar mengajar

Dalam proses belajar mengajar sesuai dengan perkembangannya guru tidak hanya   berperan   untuk   memberikan   informasi   terhadap   siswa,   tetapi   lebih   jauh guru   dapat   berperan   sebagai  perencana,   pengatur   dan   pendorong   siswa   agar dapat    belajar  secara   efektif  dan   peran  berikutnya     adalah  mengevaluasi      dari keseluruhan       proses    belajar   mengajar.     Jadi    dalam    situasi   dan    kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi karena guru yang baik harus mampu berperan sebagai planner, organisator, motivator dan evaluator.  Dari   uraian   diatas   jelas   bahwa   dalam   proses   belajar   mengajar   diperlukan guru-guru   yang profesional       dan   paling   tidak   memiliki   tiga   kemampuan   yaitu kemampuan   membantu   siswa   belajar   efektif   sehingga   mampu   mencapai   hasil yang   optimal,   kemampuan   menjadi   penghubung   kebudayaan   masyarakat   yang aktif dan kreatif serta fungsional dan pada akhirnya harus memiliki kemampuan menjadi     pendorong     pengembangan       organisasi    sekolah    dan  profesi.   Dengan kemampuan ini diharapkan guru lebih kreatif dalam proses belajar mengajarnya.
 
3.4 Pengaruh kreatifitas guru profesional dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar
       Seorang guru profesional akan dapat menciptakan kondisi belajar yang menimbulkan kesadran dan keseriusan dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal diatas tidak terrealisasi dengan baik maka akan berakibat ketidakpuasan siswa dalam proses belajar.    
3.5  Pengaruh fasilitas terhadap hasil belajar
Fasilitas   belajar   merupakan      salah  satu   faktor  yang    mempengaruhi       hasil belajar siswa, jelaslah bila dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil jika ditunjang    dengan    fasilitas  yang   memadai
Fasilitas belajar merupakan  kelengkapan   yang   menunjang   belajar   anak   didik   di   sekolah.   Dengan   adanya  fasilitas belajar akan mempengaruhi hasil belajar siswa. “Sarana   pendidikan   adalah   semua   fasilitas   yang   diperlukan   dalam   proses   belajar   mengajar   yang   bergerak   maupun   yang   tidak   bergerak   agar   pencapaian  tujuan pendidikan berjalan lancar, teratur, efektif dan efisien”. 
Sarana pendidikan lazim dimaksudkan sebagai fasilitas fisik yang langsung  mendukung proses pendidikan (alat pelajaran, alat peraga, media pendidikan, pendapat lain memasukkan meja, kursi belajar, papan tulis dan gedung). Prasarana pendidikan dimaksudkan sebagai fasilitas fisik yang tidak langsung  mendukung proses belajar mengajar (proses pendidikan) yakni:gedung/ruang  belajar, meubeler, jalan menuju sekolah, asrama, kantin dan sebagainya.
3.6  Seberapa besar pengaruh kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar
       Pengaruh kreatifitas guru dalam proses belajar mengajar sangat besar sekali, karena keberadaan guru merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu pembelajaran. Dan dalam latar pembelajaran di sekolah peningkatan mutu pendidikan mutu disekolah sangat tergantung pada tingkat profesionalisme guru.
3.7 Adakah hubungan antara kepropesionalan guru terhadap prestasi belajar
Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar  siswa adalah kreativitas guru professional dalam proses belajar mengajar. Secara garis besar  yang   menjadi   inidikator   dari   faktor  kreativitas   guru   professional adalah   cara   guru   dalam  merencanakan   proses   belajar   mengajar   (PBM),   cara   guru   dalam   pelaksanaan  PBM, dan cara guru dalam mengevaluasi PBM.
          Di samping faktor kreativitas guru dalam proses belajar mengajar, fasilitas belajar . Dengan  adanya  fasilitas  belajar  yang   memadai  akan menunjang      proses   belajar  mengajar    yang  nantinya   akan   meningkatkan   hasil belajar    siswa.  Adapun  yang   menjadi    indikator   dari  fasilitas  belajar  adalah tempat atau ruang belajar, penerangan, buku-buku pegangan, dan kelengkapan peralatan praktek.
3.8 Membangun sikap profesional dengan melejjitkan kecerdasan emosional dan spiritual
Sikap kita adalah diri kita yang sebenarnya, yang diprogram dalam alam sadar dan bawah sadar kita. Sikap merupakan bentuk konkrit dari fikiran dan hati, baik fikiran dan hati kita. kita yang memiliki misteri spiritual,emosional dan intelektual perlu sedikit menggali potensi diri kita.
1.    Kecerdasan emosi/ EI ( Emotional Intelligent)
Emosional menurut Oxford English Dictionary adalah setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu atau setiap keadaan mental yang hebat.
Daniel Goleman merumuskan emosi sebagi perasaan dan fikiran khas, serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Kecerdasan emosional menurut peter salovey, psikolog dari Yale University, ditentukan oleh lima hal. Kelimanya yaitu:
a.    Kemampuan mengenali emosi diri
Kemampuan mengenali emosi diri merupakan dasar kecerdasan emosional. Apakah guru tahu kapan perlu merasa marah atau merasa takut? kapan merasa gembira atau merasa iri? Mengarahkan diri untuk mengenali emosinya akan membantu diri mengenal situasi-situasi apa saja yang bisa menumbuhkan reaksi emosi tertentu dari siswanya.
b.    Kemampuan mengelola emosi
Kemampuan mengelola emosi adalah dasar bagi guru untuk dapat menangani dan mengungkapkan perasaannya secara tepat, baik verbal maupun dalam perilaku.guru perlu melatih diri dan siswanya untuk menyatakan emosinya dengan kata-kata (aku senang, takut,marah,cemas,gembira,iri dll)serta memilih tindakan-tindakan positif untuk merefleksikannnya.
c.    Kemampuan memotivasi diri sendiri
Kemampuan ini mencuat sebagai penguat ketika muncul reaksi emosi negatif. Kita boleh saja kecewa, marah,cemas,takut,dll, tetapi mengasah kemampuan ini membuat kita mengetahui hal-hal dan usaha apa saja yang bisa mengembalikan semangatnya.
d.   Mengenali emosi orang lain
Empati adalah modal dasar dari keterampilan bergaul. Melatih empati diri akan membuat seorang guru mengenali emosi-emosi orang lain. Bahwa anak didik akan tersinggung bila kita mengejeknya, anak didik akan bahagia bila guru mengatakan kamu baik budi dll.

e.    Kemampuan membina hubungan
Mengasah kemampuan guru dalam membina hubungan akan menghasilkan diri yang ceria, mudah bergaul dan disukai oleh banyak orang termasuk siswanya, semoga.

2.    Kecerdasan Spiritual/ SI (spiritual intellegent)
Donah zohar dan Ian marshal mendefinisikan SI sebagai kecerdasan utuk menghadapi dan memecahkan masalah makna dan nilai. Jauh sebelum Donah zohar dan Ian marshal memunculkan istilah SI, islam sesungguhnya telah memiliki konsepnya. Dr.Seto Mulyadi menggambarkan SI sebagai hablumminallah, hubungan manusia dengan Allah.SI mempertanyakan suatu kekuatan maha besar yang mengatur alam ini. kekuatan yang harus diikuti dan dilaksanakan semua perintah-Nya. Dr.H.Arief Rachman Mpd, Guru SMU Labschool, Jakarta, menggambarkan SI sebagai kecerdasan yang memiliki lima komponen.
Pertama kecerdasan yang meyakini tuhan sebagai penguasa, penentu, pelindung dan pemaaf dan kita percaya kehadiran-Nya. Artinya semua rukun iman diyakini dengan kuat. Bagi guru, ini dijadikan dasar dalam membina ruhiah diri.
Kedua didalam SI ada disebut kemampuan untuk bekerja keras, kemampuan untuk mencari ridho tuhan. Dengan demikian seorang guru misalnya, akan terdorong untuk memiliki etos kerja yang tinggi dan senantiasa bersungguh-sungguh dalam beraktivitas mengajar dan belajar.
Ketiga, SI adalah kemampuan untuk kokoh melakukan ibadah secara disiplin. Rasulullah Saw. Manusia yang sangat dicintai Allah swt dan telah dijanjikan untuk menempati surga, telah mencontohkan hal tersebut. Beliau pernah sampai bengkak-bengkak kakinya karena terlalu lama berdiri saat solat malam. Seorang guru mengajar dalam rangka ibadah, akan memberikan yang terbaik dan paling berkualias dari dirinya dengan senantiasa memohon ridho dari tuhan.
Keempat, SI diisi dengan kesabaran, ketahanan, kemampuan untuk melihat bahwa orang harus selalu berikhtiar supaya tidak putus asa. Apakah anda pernah menyaksikan seorang pemecah batu yang sedang memecahkan batu besar? Dia memukul batu itu dengna godam sampai seratus kali tanpa terlihat tanda akan pecahnya batu tersebut. Akhirnya batu itupun pecah. Seandainya ia berhenti pada pukulan 99, maka batu tersebut tidak akan pecah, padahal kalau ia mau bersabar maka satu pukulan berikutnya akan dapat menghancurkan batu itu. Begitu juga bagi seorang guru, perlu sebuah kesabaran yang ekstra dalam proses menuju kesuksesan membimbing siswanya kedalam perubahan ke arah positif dari waktu kewaktu.
Kelima, SI berarti menerima keputusan terakhir dari tuhan. Penerimaan penuh pada takdir Allah mendatangkan ketenangan dalam kehidupan.gambaran tentang menerima keputusan terakhir dari tuhan denga ikhlas ini dijelaskan oleh Ibn.Qudamah dalam buku Minhajul Qasidin. Sebagi seorang guru, kita perlu mengakhiri pembelajaran dengan meyerahkan segala hasil pada kehendak-Nya. Perubahan perilaku hanya dapat diubah oleh yang Maha Membolak balik Hati, kita selaku guru, hanyalah bisa berikhtiar, faidza azzamta, fatawakkal alallah (kita hanya berusaha, hasil Allah yang menentukan).
Ciri – ciri orang yang cerdas secara spiritual:
1. Kemampuan mentransedensikan yang fisik dan material
2. Kemampuan untuk mengalami kesadaran yang memuncak
3. Kemampuan mensakralkan peristiwa sehari-hari
4. Kemampuan menggunakan sumber spiritual untuk menyelesaikan masalah
5. Kemampuan memiliki kasih sayang yang tinggi kepada sesama






















BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Dari makalah yang kami sampaikan ini, kami mengambil kesimpulan yang menyiratkan seorang guru yang memiliki sikap yang profesional. Walaupun saya lebih fokus pada hubungan guru dan muridnya, aspek lainnya tetap terhubung dan saling melengkapi. Adapun kesimpulan yang dapat diambil, Bahwasanya seorang guru yang memiliki sikap yang profesional adalah guru yang menjadi idola bagi orang disekelilingnya, ia menajdi guru yang dapat menyelaraskan kata dan perbuatan. Seorang sosok guru yang profesional adalah guru yang pembelajar, yang memahami keunikan siswanya dan membimbing anak tersebut untuk mencapai keoptimalan potensinya.
Guru profesional adalah guru yang dapat menyeimbangkan kecerdasan spiritual, emosional dan intelektualnya, semua tersinergi dan terkoneksi dalam dirinya. Jadi    dalam    situasi   dan    kondisi bagaimanapun guru dalam mewujudkan proses belajar mengajar tidak terlepas dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi karena guru yang baik harus mampu berperan sebagai planner, organisator, motivator dan evaluator.  Dari   uraian   diatas   jelas   bahwa   dalam   proses   belajar   mengajar   diperlukan guru-guru   yang profesional       dan   paling   tidak   memiliki   tiga   kemampuan   yaitu kemampuan   membantu   siswa   belajar   efektif   sehingga   mampu   mencapai   hasil yang   optimal,   kemampuan   menjadi   penghubung   kebudayaan   masyarakat   yang aktif dan kreatif serta fungsional dan pada akhirnya harus memiliki kemampuan menjadi     pendorong     pengembangan       organisasi    sekolah    dan  profesi.
       Keberadaan guru merupakan faktor utama dalam keberhasilan suatu pembelajaran. Dan dalam latar pembelajaran di sekolah peningkatan mutu pendidikan mutu disekolah sangat tergantung pada tingkat profesionalisme guru.


4.2 Saran

Saran yang dapat kami utarakan adalah, segeralah menjadi guru yang keberadaannya itu berarti. Keberadaannya dinantikan, kepergiannya dirindukan. Segeralah mengenali diri, karena orang yang mengenal dirinya pasti mengenal tuhannya. Mulailah dari perubahan positif terkecil lalu bergerak ke perubahan positif yang besar. Mulailah dari diri sendiri, kembangkan potensi diri dan motivasilah diri selalu. Mulailah dari sekarang, mulai dari hari ini, jam ini, detik ini.























DAFTAR PUSTAKA


Bafadal, Ibrahim. 2003. Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar. Jakarta:  Bumi Aksara.














Lampiran-lampiran

Pengertian Spiritual Quotient (SQ)
Diunduh pada tanggal 5 Maret 2011
Secara etimologi kata “sprit” berasal dari kata Latin “spiritus”, yang diantaranya berarti “roh, jiwa, sukma, kesadaran diri, wujud tak berbadan, nafas hidup, nyawa hidup.” Dalam perkembangannya, selanjutnya kata spirit diartikan secara lebih luas lagi. Para filosuf, mengonotasian “spirit” dengan (1) kekuatan yang menganimasi dan memberi energi pada cosmos, (2) kesadaran yang berkaitan dengan kemampuan, keinginan, dan intelegensi, (3) makhluk immaterial, (4) wujud ideal akal pikiran (intelektualitas, rasionalitas, moralitas, kesucian atau keilahian).[1] Sedangkan kecerdasan adalah kemampuan untuk memahami sesuatu. Spiritual Quotient adalah kesadaran tentang gambaran besar atau gambaran menyeluruh tentang diri seseorang dan jagat raya (Imam Supriyono, 2006: 75).
Menurut Danah Zohar, penggagas istilah tehnis SQ (Kecerdasan Spiritual) dikatakan bahwa kalau IQ bekerja untuk melihat ke luar (mata pikiran), dan EQ bekerja mengolah yang di dalam (telinga perasaan), maka SQ (Spiritual Quotient) menunjuk pada kondisi ‘pusat-diri’.
Menurut Khalil Khavari Kecerdasan Spiritual (SQ)  adalah fakultas dari dimensi nonmaterial kita-ruh manusia. Dan Marsha Sinetar mendefinisikan “Kecerdasan Spiritual adalah pikiran yang mendapat inspirasi, dorongan, dan efektivitas yang terinspirasi, the is-ness atau penghayatan ketuhanan yang didalamnya kita semua menjadi bagian”.
Menurut Ary Ginanjar Kecerdasan  Spiritual  adalah  kecerdasan  untuk  menghadapi persoalan  makna  atau  value,  yakni  kecerdasan  untuk  menempatkan perilaku  dan  hidup  dalam  konteks  makna  yang  lebih  luas.  Kecerdasan untuk menilai bahwa  tindakan atau  jalan hidup seseorang  lebih bermakna dibanding  dengan  yang  lain.  Dapat  juga  dikatakan  bahwa  Kecerdasan Spiritual merupakan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap  perilaku  dan  kegiatan,  melalui  langkah-langkah  dan  pemikiran yang bersifat fitrah dalam upaya menggapai kualitas hanif dan ikhlas.
Buzan menyebutkan ada sepuluh konsep dasar yang menjadi tingginya spiritual quotient yakni: mendapatkan gambaran menyeluruh, menggali nilai-nilai, visi dan panggilan hidup, belas kasih (memahami diri sendiri dan orang lain), memberi dan menerima, kemurahan hati dan rasa syukur, kekuatan tawa, menjadi kanak-kanak kembali, kekuatan spritual, ketentraman, dan yang anda butuhkan hanyalah cinta. (Imam Supriyono, 2006: 77)
Selanjutnya Danah Zohar menyatakan Kecerdasan ini adalah kecerdasan yang mengangkat fungsi jiwa sebagai perangkat internal diri yang memiliki kemampuan dan kepekaan dalam melihat makna yang ada di balik kenyataan apa adanya ini. Kecerdasan ini bukan kecerdasan Agama dalam versi yang dibatasi oleh kepentingan-pengertian manusia dan sudah menjadi ter-kavling-kavling sedemikian rupa. Kecerdasan Spiritual lebih berurusan dengan pencerahan jiwa. Orang yang mempunyai  SQ tinggi mampu memaknai penderitaan hidup dengan memberi makna positif pada setiap peristiwa, masalah, bahkan penderitaan yang dialaminya. Dengan memberi makna yang positif itu, ia mampu membangkitkan jiwanya dan melakukan perbuatan dan tindakan yang positif. [2] Dan Spiritual Quotient (SQ) merupakan kecerdasan yang berperan sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi (SQ)
(1)   kemampuan untuk mentransendensikan yang fisik dan material;
(2)   kemampuan untuk mengalami tingkat kesadaran yang memuncak;
(3)   kemampuan untuk mensakralkan pengalaman sehari-hari;
(4)   kemampuan untuk menggunakan sumber-sumber spiritual buat menyelesaikan masalah;
(5)   dan kemampuan untuk berbuat baik.
Maret 5, 2011 pada 10:04 am (umum)
Pengertian Kecerdasan Emosional
Istilah “kecerdasan emosional” pertama kali dilontarkan pada tahun 1990 oleh psikolog Peter Salovey dari Harvard University dan John Mayer dari University of New Hampshire untuk menerangkan kualitas- kualitas emosional yang tampaknya penting bagi keberhasilan. Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut.EQ sebagai :“himpunan bagian dari kecerdasan sosial yangmelibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain,memilah-milah semuanya dan,menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro, 1998:8).Sebuah model pelopor lain tentang kecerdasan emosional diajukan oleh Bar-On pada tahun 1992seorang ahli psikologi Israel,yang mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai serangkaian kemampuan.pribadi, emosi dan sosial yang mempengaruhi kemampuanseseorang untuk berhasil dalam mengatasi tututandan tekanan lingkungan (Goleman, 2000 :180).Salovey (Goleman, 200:57), menurutnya kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali emosi diri,mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati)dan kemampuan untuk membina hubungan (kerjasama) dengan orang lain.Menurut Goleman (2002 : 512), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi(to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion andits expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial.
Aspek-Aspek Kecerdasan Emosi
Aspek - aspek kecerdasan emosi menurut Rakhmat, 1985 adalah sebagai berikut :
a. Pengelolaan diri Mengandung arti bagaimana seseorang mengelola diri dan perasaan-perasaan yang dilaminya.
b. Kemampuan untuk memotivasi diri Kemampuan ini berguna untuk mencapai tujuan jangka panjang, mengatasi setiapkesulitan yang dialami bahkan untuk melegakan kegagalan yang terjadi.
c. Empati Empati ini dibangun dari kesadaran diri dan dengan memposisikan diri senada, serasa dengan emosi orang lain akan membantu anda membaca dan memahami perasaan orang lain tersebut.
d. Ketrampilan sosial Merupakan ketrampilan yang dapat dipelajari seseorang semenjak kecil mengenaipola-pola berhubungan dengan orang lain.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi
Walgito (1993) membagi faktor yang mempengruhi emosi menjadi dua faktor yaitu:
a. Faktor Internal. memiliki dua sumber yaitu segi jasmani dan segi psikologis.Segi jasmani adalah faktorfisik dan kesehatan individu. Segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman, perasaan, kemampuan berfikir dan motivasi.
b. Faktor Eksternal. Faktor ekstemal adalah stimulus dan lingkungan dimana kecerdasan emosi berlangsung. Faktor ekstemal meliputi:1) Stimulus itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan emosi tanpa distorsi dan2) Lingkungan atau situasi khususnya yang melatarbelakangi proses kecerdasan emosi.Goleman mengutip Salovey (2002:58-59) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluaskemampuan tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :a. Mengenali Emosi Dirikemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi.b. Mengelola Emosi Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan.c. Memotivasi Diri Sendiri Prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif,yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri.d. Mengenali Emosi Orang Lain Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkanorang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain,
Menjadi guru profesional
Oct 18, '08 12:06 AM
Dalam manajemen sumber daya manusia, menjadi profesional adalah tuntutan jabatan, pekerjaan ataupun profesi. Ada satu hal penting yang menjadi aspek bagi sebuah profesi, yaitu sikap profesional dan kualitas kerja. Profesional (dari bahasa Inggris) berarti ahli, pakar, mumpuni dalam bidang yang digeluti.

Menjadi profesional, berarti menjadi ahli dalam bidangnya. Dan seorang ahli, tentunya berkualitas dalam melaksanakan pekerjaannya. Akan tetapi tidak semua Ahli dapat menjadi berkualitas. Karena menjadi berkualitas bukan hanya persoalan ahli, tetapi juga menyangkut persoalan integritas dan personaliti. Dalam perspektif pengembangan sumber daya manusia, menjadi profesional adalah satu kesatuan antara konsep personaliti dan integritas yang dipadupadankan dengan skil atau keahliannya.

Menjadi profesional adalah tuntutan setiap profesi, seperti dokter, insinyur, pilot, ataupun profesi yang telah familiar ditengah masyarakat. Akan tetapi guru...? Sudahkan menjadi profesi dengan kriteria diatas. Guru jelas sebuah profesi. Akan tetapi sudahkah ada sebuah profesi yang profesional...? Minimal menjadi guru harus memiliki keahlian tertentu dan distandarkan secara kode keprofesian. Apabila keahlian tersebut tidak dimiliki, maka tidak dapat disebut guru. Artinya tidak sembarangan orang bisa menjadi guru.

Namun pada kenyataanya, banyak ditemui menjadi guru seperti pilihan profesi terakhir. Kurang bonafide, kalau sudah mentok tidak ada pekerjaan lain atau sebuah status sosial yang lekat dengan kemarginalan, gaji kecil, tidak sejahtera malah dibawah garis kemisikinan. Bahkan guru ada yang dipilih asal comot yang penting ada yang mengajar. Padahal guru adalah operator sebuah kurikulum pendidikan.Ujung tombak pejuang pengentas kebodohan. Bahkan guru adalah mata rantai dan pilar peradaban dan benang merah bagi proses perubahan dan kemajuan suatu masyarakat atau bangsa.

Mengingat guru adalah profesi yang sangat idealis, pertanyaannya adakah guru profesional itu...? Dan bagaimana melahirkan sosok guru yang profesional tersebut...?


Guru Profesional
Kalau mengacu pada konsep di atas, menjadi profesional adalah meramu kualitas dengan intergiritas, menjadi guru pforesional adalah keniscayaan. Namun demikian, profesi guru juga sangat lekat dengan peran yang psikologis, humannis bahkan identik dengan citra kemanusiaan. Karena ibarat sebuah laboratorium, seorang guru seperti ilmuwan yang sedang bereksperimen terhadap nasib anak manusia dan juga suatu bangsa.Ada beberapa kriteria untuk menjadi guru profesional.

Memiliki skill/keahlian dalam mendidik atau mengajar

Menjadi guru mungkin semua orang bisa. Tetapi menjadi guru yang memiliki keahlian dalam mendidikan atau mengajar perlu pendidikan, pelatihan dan jam terbang yang memadai. Dalam kontek diatas, untuk menjadi guru seperti yang dimaksud standar minimal yang harus dimiliki adalah:

  • Memiliki kemampuan intelektual yang memadai
  • Kemampuan memahami visi dan misi pendidikan
  • Keahlian mentrasfer ilmu pengetahuan atau  metodelogi pembelajaran
  • Memahami konsep perkembangan anak/psikologi perkembangan
  • Kemampuan mengorganisir dan problem solving
  • Kreatif dan memiliki seni dalam mendidik
Personaliti Guru

Profesi guru sangat identik dengan peran mendidik seperti membimbing, membina, mengasuh ataupun mengajar. Ibarat sebuah contoh lukisan yang akan ditiru oleh anak didiknya. Baik buruk hasil lukisan tersebut tergantung dari contonya. Guru (digugu dan ditiru)  otomatis menjadi teladan. Melihat peran tersebut, sudah menjadi kemutlakan bahwa guru harus memiliki integritas dan personaliti yang baik dan benar. Hal ini sangat mendasar, karena tugas guru bukan hanya mengajar (transfer knowledge)  tetapi juga menanamkan nilai - nilai dasar dari bangun karakter atau akhlak anak.

Program Profesionalisme Guru

  • Pola rekruitmen yang berstandar dan selektif
  • Pelatihan yang terpadu, berjenjang dan berkesinambungan (long life eduction)
  • Penyetaraan pendidikan dan membuat standarisasi mimimum pendidikan
  • Pengembangan diri dan motivasi riset
  • Pengayaan kreatifitas untuk menjadi guru karya (Guru yang bisa menjadi guru)
Peran Manajeman Sekolah

  • Fasilitator program Pelatihan dan Pengembangan profesi
  • Menciptakan jenjang karir yang fair dan terbuka
  • Membangun manajemen dan sistem ketenagaan yang baku
  • Membangun sistem kesejahteraan guru berbasis prestasi
(for : yang menghabiskan sisa waktunya untuk pendidikan)
by desi reminsa







































3 comments:
Write komentar
  1. terimakasih bp fauziii,, bermanfaat :) :D

    ReplyDelete
  2. mohon izi copy-paste sebagai bahan referensi tesis. Terimakasih, sangat bermanfaat

    ReplyDelete
  3. mohon izin copy-paste sebagai bahan referensi tesis. Terimakasih, sangat bermanfaat.
    Semoga kebaikan Anda dibalas oleh Allah SWT dengan berlipat ganda kebaikan dan kemudahan dlm menghadapi masalah.

    ReplyDelete